REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat arsitektur kota dari ITB Moch Danisworo meminta agar pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur harus memperhatikan aspek lingkungan. Sebab, wilayah tersebut merupakan paru-paru nomor dua dunia setelah Brasil.
"Minimal jangan ada pohon yang dibabat, kalaupun ada harus diganti dalam jumlah dan jenis yang sama," kata Danisworo usai peluncuran buku karyanya bertajuk "Architechture: Beyond Building" di Jakarta, Kamis (22/8).
Begitu juga dengan kontur tanah, Danisworo berharap, bangunan-bangunan serta infrastruktur pendukung lainnya mengikuti naik turunnya tanah. Danisworo mengatakan untuk mewujudkan kota cerdas (smart city), pembangunannya harus cerdas juga yakni melalui perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan perubahan iklim.
Danisworo mengingatkan memindahkan ibu kota bukan sekadar memindahkan bangunan, namun juga memindahkan komunitas. "Memindahkan ibu kota itu harus bisa membuat warga sekitar yang semula terbelakang menjadi maju," ujar dia.
Dengan demikian, menurut Danisworo, harus ada peningkatan sumber daya manusia kalau ibu kota jadi pindahnya nantinya. Danisworo mengatakan urbanisasi akan menjadi problem dalam beberapa tahun ke depan sehingga aspek ini juga harus menjadi perhatian dalam membangun ibu kota baru.
Urbanisasi telah membuat pembangunan ibu kota tidak hanya di Jakarta namun sudah berkembang sampai Karawang ke Timurnya, sedangkan Barat sudah sampai Kabupaten Serang. "Pentingnya saat ini membangun kota-kota baru di daerah-daerah sehingga arus urbanisasi dapat ditekan," ujar Danisworo.