Kamis 22 Aug 2019 23:42 WIB

Polri Prioritaskan Pemulihan Situasi Keamanan Papua

Penambahan personel keamanan terus dilakukan.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Andri Saubani
Sejumlah massa Aksi Kamisan dan Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme menggelar unjuk rasa di Jalan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (22/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah massa Aksi Kamisan dan Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme menggelar unjuk rasa di Jalan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemulihan situasi keamanan di Papua dan Papua Barat menjadi prioritas utama saat ini. Mabes Polri mengatakan sampai Kamis (22/8) situasi dan keamanan di Bumi Cenderawasih sudah berangsur kondusif. Namun, penambahan personel keamanan terus dilakukan.

Kabag Penum Humas Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Asep Adi Saputra mengatakan, saat ini penguatan keamanan dengan mengirimkan bertahap sebanyak 1.200 personel atau sekitar 12 satuan setingkat kompi (SSK). “Paling utama saat ini yang dilakukan Polri, adalah pemulihan situasi keamanan di sana (Papua dan Papua Barat). Penambahan personel ini, untuk memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat,” ujar dia di Jakarta Selatan, Kamis (22/8).

Baca Juga

Namun demikian, kata Asep sejumlah penegakan hukum juga akan dilakukan. Karena Polri menduga adanya aksi-aksi kerusuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat dilakukan atas dasar provokasi. “Paralel kepolisian akan melakukan penegakan hukum,” ujar dia. Penegakan hukum tersebut, ia menerangkan bukan cuma yang terjadi di Papua dan Papua Barat. Kepolisian, juga akan menyelidiki insiden di asrama Papua Surabaya, Jawa Timur (Jatim) yang menjadi pemicu amuk massa di Bumi Cenderawasih.

Saat ini, Asep menerangkan Polisi Daerah (Polda) Jatim sedang mendalami adanya dugaan prilaku diskriminatif dan rasialisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya. Insiden tersebut, menjadi pemicu utama gelombang massa yang berujung kerusuhan di kota-kota utama di Papua dan Papua Barat. Namun Asep menerangkan, kepolisian juga turut mendalami dugaan perusakan bendera Merah Putih, yang  melatari aksi pengepungan dan penggrebekan asrama Papua oleh warga yang terjadi di Surabaya.

“Semua itu tentu bagian dari proses penyelidikan. Sebab akibatnya kini didalami oleh kepolisian dan terus berjalan supaya dimaksudkan untuk tidak terus menjadikan situasi memanas di sana (Papua dan Papua Barat),” terang Asep. Meski  penyelidikan insiden di Surabaya belum membuahkan hasil, namun kata Asep, penegakan hukum tetap akan dilakukan. “Itu semuakan untuk membuat situasi yang kondusif,” sambung dia.

Selain itu, Asep menerangkan, kepolisian juga tengah melakukan penelusuran dan pemetaan terduga provokator yang membuat situasi di Papua dan Papua Barat menjadi tak kondusif. Karena, menurut Asep, sejak insiden di Surabaya sejumlah akun-akun media sosial memberikan kabar yang menyimpang tentang apa yang sebenarnya terjadi. Penyimpangan informasi tersebut, kata Asep semakin menyulut emosi warga di Papua dan Papua Barat.

Tak berhenti di situ, kata Asep, aksi gelombang massa yang berujung kerusuhan di kota-kota utama Papua, dan Papua Barat itu juga diduga terprovokasi lewat kanal-kanal informasi di media sosial yang sengaja menyiarkan aksi anarkistis. Dari semua itu, kata Asep kepolisian bersama sejumlah lembaga kementerian dan badan, melakukan penyelidikan untuk dilakukan penegakan hukum jika terbukti adanya pelanggaran hukum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement