Jumat 23 Aug 2019 04:22 WIB

Mengenal Gempa Swarm, Rentetan Gempa Kecil yang Menggoyang Sukabumi

Pada Rabu, Sukabumi setidaknya mengalami tiga kali gempa bumi.

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com

LENGKONG, AYOBANDUNG.COM--Pada Rabu (21/8/2019), Kabupaten dan Kota Sukabumi setidaknya mengalami tiga kali gempa bumi sejak dini hari hingga malam sekitar pukul 20:49. Gempa-gempa tersebut memiliki kekuatan di kisaran magnitudo 3. Meski tidak menimbulkan dampak kerusakan yang signifikan, gempa tersebut sempat membuat warga sekitar cukup resah.

Peneliti Bumi Madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo mengatakan rentetan kejadian gempa tersebut kemungkinan dapat dikategorikan sebagai swarm earthquake atau gempa swarm. Gempa ini, dia mengatakan, biasanya bukan merupakan gejala awal sebelum munculnya gempa utama yang skalanya lebih besar (prekusor). 

AYO BACA : Gempa Kembali Guncang Sukabumi, Kali Ini Dipicu Aktivitas Klaster Bogor

"Gempa di Sukabumi dengan magnitudo moderat magnitudo 2 hingga 3 kemungkinan adalah gempa swarm. Gempa ini biasanya bukan prekusor, dan tidak diakhiri dengan gempa utama. Semoga," ungkapnya ketika dihubungi Ayobandung.com, Rabu (21/8/2019).

Sementara itu, berdasarkan keterangan BMKG, gempa swarm merupakan serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian yang sangat sering dan relatif lama di suatu kawasan. Gempa ini terjadi tanpa ada gempa utama (mainshock), sebagaimana gempa utama yang frekuensinya lebih besar dari gempa susulan.

AYO BACA : Gempa Tektonik Sukabumi Dipicu Aktivitas Sesar Citarik

Meski meresahkan karena frekuensinya yang terjadi terus-menerus, gempa ini biasanya jarang menimbulkan kerusakan. Bila terjadi di pesisir pantai, gempa swarm juga tak akan memicu tsunami. 

"Kalau gempa swarm biasanya sering berasosiasi dgn Gunungapi atau vulkanik seperti yang terjadi di Jailolo, Halmahera Selatan," ungkap Supartoyo.

Ketika disinggung soal aktivitas Sesar Citarik yang diklaim sebagai pemicu salah satu gempa Sukabumi, dia mengatakan bahwa hal tersebut masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut. Pasalnya, pada Data Pusat Gempa Nasional/ Pusgen 2017, Sesar Citarik belum atau tidak digolongkan sebagai sesar aktif.

"Saya belum tahu kalau gempa swarm tersebut berkaitan dengan Sesar Citarik, apalagi di sekitar episenter gempa tersebut mitip batuan vulkanik umur kuartet," ungkapnya.

"Menurut saya itu masih hipotesis yang perlu pembuktian lebih lanjut, pendapat saya pribadi juga masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Yang jelas masyarakat di wilayah tersebut harus waspada dengan gempa swarm tersebut," tambahnya.

AYO BACA : Gempa Magnitudo 3,3 Guncang Kabupaten Sukabumi, Tidak Berpotensi Sukabumi

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement