Rabu 21 Aug 2019 23:18 WIB

MDMC Berbagi Strategi Penanggulangan Bencana di Forum ASEAN

Forum turut dihadiri wakil-wakil lembaga kemanusiaan dan lembaga donor ASEAN.

Rep: Wahyu Suryana /Amri Amrullah/ Red: Dwi Murdaningsih
Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC),  Rahmawati Husein (hijab), diminta berbicara di Building ASEAN Resiliency to  Disaster di Singapura, Rabu (21/8).
Foto: dok. MDMC
Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Rahmawati Husein (hijab), diminta berbicara di Building ASEAN Resiliency to Disaster di Singapura, Rabu (21/8).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Rahmawati Husein, diminta berbicara di Building ASEAN Resiliency to Disaster di Singapura. Ama jadi pemateri yang membahas Strategi Kebijakan Penanggulangan Bencana untuk Membangun Ketangguhan. Ama menjadi pembicara bersama Minister for Manpower and 2nd Minister for Home Affairs Singapura, Josephine Teo.

Ama menyampaikan, MDMC memang lembaga yang mendapat mandat organisasi bantuan kemanusiaan jaringan-jaringan Muhammadiyah. Di Muhammadiyah, penguatan kapasitas tingkat lokal jadi komponen penting.

Baca Juga

Semua, lanjut Ama, dikoordinir agar melakukan kerja kemanusiaan yang efektif, efesien dan berkualitas sesuai standar. Sebab, sukarelawan ini memang perlu bekerja sama dengan masyarakat lokal.

"Untuk menjamin keberlanjutan dan menciptakan ketangguhan, dan MDMC merupakan salah satu unsur pengarah BNPB," kata Dosen Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersebut, Rabu (21/8).

Ama menjadi satu-satunya wakil Indonesia dari empat panelis yang berasal dari berbagai negara-negara ASEAN. Forum turut dihadiri wakil-wakil lembaga kemanusiaan dan lembaga donor ASEAN.

Pada panel itu, Ama diminta sampaikan pengalaman Muhammadiyah dalam penguatan lokal. Utamanya, melalui kerja sama dengan seluruh elemen Muhammadiyah baik majelis, rumah sakit dan perguruan tinggi.

Kemudian, lanjut Ama, kerja sama dengan pendonor seperti Australia, organisasi internasional seperti Direct Relief, Chatolic Relief Service (CRS), Humanitarian Forum Inddonesia dan sebagainya.

Itu merupakan investasi kapasitas yang penting untuk pelokalan kerja-kerja kemanusiaan dan meningkatkan ketangguhan masyarakat. Karenanya, organisasi internasional disarankan menguatkan pelokalan.

"Tidak mengarahkan bantuan sesuai praktik-praktik seperti yang biasa dilakukan, perlu mencari tahu pemain lokal, memahami cara kerja organisasi lokal dan mendukung usaha-usaha yang sudah dirintis," ujar Ama.

Ia mengingatkan, perlu dipahami semua aktor yang terlibat mulai dari provinsi, kabupaten/kota, swasta, organisasi nonpemerintah, lembaga swadaya masyarakat, komunitas, kampus dan elemen-elemen lain.

Sebab, aktor lokal penting dan memiliki peran sentral mempercepat penanganan darurat yang efektif. Serta, dapat terus melakukan semua siklus penanggulangan bencana baik dari mistigasi dan kesiapsiagaan.

MDMC, misal, setiap tahunnya merespons 50-70 kejadian bencana di Indonesia. Untuk merespons itu, jelas tidak cuma bisa dilakukan di tingkat nasional.

Untuk itu, aktor-aktor lokal harus dikuatkan agar masyarakat makin tangguh dan bisa pulih cepat jika mengalami bencana. Ia menyarankan, ASEAN dan AHA Center perlu memasukkan aktor-aktor lokal.

Perlu pula memfasilitasi kerja sama antar aktor lokal di ASEAN. Sebab, kerja sama tingkatkan efektivitas dan efisiensi penanganan bencana yang diukur lewat kecepatan, kualitas dan area respon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement