REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Putri mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang akrab disapa Yenny Wahid, mengingatkan kembali kedekatan Gus Dur (sapaan akrab KH Abdurrahman Wahid) dengan warga Papua. Sehingga, ia berharap berbagai macam kesalahpahaman terkait dengan insiden di Surabaya dan Malang bisa disudahi.
"Kami datang ke sini dari berbagai suku, latar belakang agama, berziarah ke makam Gus Dur. Salah satunya saya sengaja mengajak teman-teman mahasiswa Papua di Jawa Timur," kata Zannuba Ariffah Chafsoh saat ziarah di makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (21/8).
Pada saat menjabat presiden, adalah Gus Dur yang "mengembalikan" nama Papua kepada wilayah yang sebelumnya dinamakan Irian Jaya. Menurut Yenny Wahid, "Jal ini juga memberikan pesan kepada seluruh warga terutama khususnya warga Papua di tanah Papua, bahwa kami ingin ingatkan tanah Jawa ini ada tokoh yang dekat dengan Papua, yakni Gus Dur."
Ia mengatakan kedekatan antara Gus Dur dengan warga Papua harus terus dijaga, dipelihara bersama sebagai semangat menyatukan bersama. "Tentu kita ingat Gus Dur berusaha untuk memberikan kembali harkat dan martabat warga Papua dari semula merasa anak tiri bangsa Indonesia menjadi setara dan menjadi warga yang sama-sama memiliki hak konstitusi yang sama di hadapan UU," kata dia.
Yenny juga prihatin dengan adanya insiden yang berpotensi mengoyak rasa persatuan bangsa. Untuk itu, perlu dilakukan komunikasi komprehensif, menyeluruh agar benang persatuan tetap terjaga utuh.
Ia juga mengerti bahwa di kalangan warga Papua ada rasa ketersinggungan, di mana mereka tidak terima anak-anaknya dihina. Hal itu membuat warga Papua marah. Ia juga mengaku mengerti, sebab dia juga seorang ibu dari tiga orang anak. Namun, diyakinkan bahwa semua warga Indonesia sayang dengan Papua.
"Saya mengerti rasanya anak dihina. Saya yakinkan mama-mama, pace-pace, kita semua warga Indonesia sayang kepada warga Papua. Dan, teman-teman menjadi saksi kedekatan hubungan kita selama ini. Kami harapkan bisa menggugah kembali memori warga Papua ada kedekatan emosional yang dibangun puluhan tahun dan terus dijaga," ujar Yenny.
Ia berharap berbagai konflik yang kini terjadi disudahi dan kembali lagi mempererat rasa persatuan bangsa.
"Makna kunjungan ini untuk mengingatkan kembali hubungan emosional. Ikatan kekeluargaan ada, kita bersama ada bersama warga Papua, disatukan oleh keinginan memajukan bangsa," ujar dia.
Sementara itu, Natalia, seorang mahasiswi asal Papua yang juga ikut ziarah di makam Gus Dur mengaku dirinya dengan teman-teman lainnya dari Papua sengaja datang ke tanah Jawa untuk menuntut ilmu. "Kami merantau dari Papua untuk menuntut ilmu. Kami terimakasih untuk perlindungan dan terima kasih yang melindungi kami anak Papua yang tinggal di Pulau Jawa. Harapan kami, agar masyarakat di Papua berdamai lagi, ini cuma salah paham, makanya bisa terjadi isu seperti ini," kata Natalia.
Ia juga menambahkan, dirinya juga bagian dari bangsa Indonesia sangat berharap terus terjaga rasa persatuan bangsa dan tidak ada lagi permasalahan ke depannya. Yenny Wahid datang dengan rombongan dan langsung menuju ke makam yang ada di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang tersebut.
Sejumlah anak-anak Papua juga ikut serta. Bahkan, Yenny Wahid juga sempat dipakaikan penutup kepala ciri khas dari warga Papua. Kegiatan ziarah juga berlangsung dengan khidmat dan lancar.