Rabu 21 Aug 2019 14:48 WIB

Aisyiyah Harus Siap Hadapi Era Digital

Tantangan Aisyiyah ke depan akan semakin kompleks.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Gita Amanda
logo 'aisyiyah
Foto: tangkapan layar google
logo 'aisyiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendi membuka International Conference on Early Childhood Education and Care of Aisyiyah di FKIP UHAMKA Jakarta, Rabu (21/8). Mendikbud menyampaikan dakwah Aisyiyah di bidang pendidikan menghadapi tantangan baru di era digital.

Muhadjir mengatakan, tantangan Aisyiyah ke depan akan semakin kompleks. Sebab anak-anak sekarang sudah mengenal virtual reality dan teknologi digital. Kondisi tersebut menjadi tantangan baru bagi ibu-ibu Aisyiyah dalam menyiapkan generasi manusia yang lebih baik.

Baca Juga

"Artinya 100 tahun yang lalu anak-anak yang dididik ibu-ibu Aisyiyah tidak sama dengan anak-anak sekarang karena zamannya berbeda," kata Muhadjir kepada Republika usai membuka seminar internasional yang digelar Pimpinan Pusat Aisyiyah, Rabu (21/8).

Ia mengingatkan, hal yang harus dipahami oleh para pendidik di Aisyiyah bahwa anak-anak sekarang hidup pada zamannya. Tentu berbeda dengan zaman para pendidik dulu. Artinya anak-anak sekarang punya dunianya sendiri.

"Jangan bayangkan (dunia anak-anak zaman sekarang) seperti dunia kita, atau dunia (orang yang) mendidik (anak-anak sekarang), ini yang harus kita tekankan menurut saya," ujarnya.

Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Masyitoh Chusnan juga menjelaskan bagaimana lembaga pendidikan Aisyiyah menghadapi tantangan di era digital. Menurutnya, di sekolah tugas guru mengawasi anak-anak tapi di rumah menjadi tugas orang tua untuk mengawasi anak-anak mereka.

Di sekolah anak-anak usia dini tidak diizinkan menggunakan gawai. Namun disediakan komputer untuk mereka agar bisa mengoperasikan komputer untuk mencari informasi yang sederhana. Seperti mencari informasi tentang flora dan fauna. Tapi laboratorium komputer saat ini baru ada di TK percontohan.

Masyitoh juga mengingatkan, pendidikan di TK dan di rumah harus terhubung agar pendidikan untuk anak-anak lebih maksimal. Sehingga arahan guru dan orang tua sama agar anaknya tidak sembarangan menggunakan gawai.

"Sudah pasti antara guru dan ibu (orang tua siswa) harus komunikasi, ada semacam teori, apa yang dikatakan guru itu yang dikatakan orang tua, apa yang dikatakan orang tua itu yang dikatakan guru, tidak boleh berbeda antara guru dan orang tua," jelasnya.

Maka pendidikan yang diberikan guru dan orang tua tidak boleh berbeda agar anak-anak tidak bingung. Bahkan anak usia dini, menurut Masyitoh, harus sering ditemani ibunya saat berada di PAUD atau TK. Sehingga guru dan orang tua bisa mengarahkan anak-anak agar tidak menggunakan gawai secara sembarangan atau untuk hal negatif.

Ia mengatakan, jangankan anak-anak usia dini, anak-anak remaja saja masih harus dibimbing dan diawasi oleh orang tua agar tidak sembarangan dalam memanfaatkan teknologi. Orang tua tidak bisa melepas anak-anak begitu saja karena dunia sekarang banyak memberi kemudahan tapi juga memunculkan masalah jika tidak bisa membedakan hal yang positif dan negatif.

"Jangan lepaskan anak dari genggaman tangan orang tua," ujarnya. 

Aisyiyah juga menginformasikan, Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Ayhfal (ABA) telah mendidik anak-anak usia dini sejak tahun 1919. Kini TK ABA sudah ada di semua provinsi yang ada di Indonesia. Berdasarkan catatan tahun 2018, jumlah TK ABA kurang lebih mencapai 20 ribuan. TK ABA telah tersebar di berbagai pelosok, daerah tertinggal dan pulau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement