Senin 19 Aug 2019 14:10 WIB

Ngabret-nya Emil Jalankan Program Keumatan

Gubernur Jabar ini pun bertekad dapat menurunkan indeks rasio gini.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berfoto bersama dengan masyarakat usai shalat Idul Adha 1440 H, di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Ahad (11/8).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berfoto bersama dengan masyarakat usai shalat Idul Adha 1440 H, di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Ahad (11/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Hampir setahun sudah, pasangan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum menahkodai pemerintahan di tingkat provinsi. Berbagai program unggulan pun digulirkan, seperti Jabar Quick Respones (JQR), English For Ulama, Satu Desa Satu Hafidz, Kredit bjb Mesra, Jabar Saber Hoax, Desa Digital, dan Desa Juara. 

Program-program itu pul telah berjalan dan menuai dampak pada kesejahteraan masyarakat. Itu pun ditunjukkan dengan adanya peningkatan status 530 desa di Jabar dari desa berkembang menjadi desa maju.

Di bawah pemerintahan pria yang akrab disapa Emil tersebut, Pemprov Jabar memang ngabret (cepat, red) menjalankan program untuk mencapai visi 'Jabar Juara Lahir Batin' yakni tak hanya membangun secara fisik, tapi masalah ruhaniah masyarakat pun sangat diperhatikan secara detail oleh mantan Wali Kota Bandung tersebut. Dari sekian banyak program keumatan tersebut, salah satu program yang terlihat sudah berjalan adalah program Satu Desa Satu Tahfiz.

photo
Sejumlah pesantren memeriahkan hari peringatan Maulid Nabi di Kabupaten Bandung Barat. Salah satunya yaitu Pesantren Tahfiz Alquran Misbahunnur. Para santri dan santriwati membacakan Alquran dengan cara dihafal dihadapan guru, orangtua santri.

Menurut Emil, program Satu Desa Satu Tahfiz ini progresnya cukup baik karena sudah berjalan. Dia menyebutkan, sudah ada 1.200 orang yang akan belajar di berbagai pesantren Tahfiz Alquran. 

 

"Jabar Juara Lahir Batin ini sekarang sudah ngabret. Saya laporkan, ada 1.200 anak-anak di tiap desa yang sudah mulai belajar di pesantren Tahfiz Alquran yang tersebar di berbagai daerah. Sehingga, cita-cita satu desa memiliki satu tahfiz Alquran bisa terwujud,” papar Emil. 

Kemudian, kata dia, program English for Ulama tengah berjalan. Bahkan, akan ada lima ulama yang berasal dari Jabar dikirim ke Inggris untuk menjadi duta perdamaian dengan berdakwah. 

"Gelombang keduanya sedang persiapan dan berita baiknya dalam waktu dekat lima ulama akan dikirim ke Inggris," katanya.

Emil berharap, program pelatihan bahasa Inggris bisa diikuti oleh semua ulama. Karena, program ini akan terus berlanjut. Sedangkan progres program One Pesantren One Product (OPOP), saat ini terdapat 500 pesantren yang sedang menyiapkan business plan untuk pengembangan ekonomi. 

Begitu juga, dengan program Kredit Mesra (Masjid Sejahtera), sudah berjalan dengan baik. Emil pun meminta Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk menyampaikan informasi kepada masyarakatnya terkait program tersebut. Program Kredit Mesra (Masyarakat Ekonomi Sejahtera) ini, bekerja sama dengan BJB. Jadi,  masyarakat bisa mendapat pinjaman modal usaha dengan rekomendasi dari DKM Masjid setempat.

Berbagai program tersebut, kata dia, bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan. Khusus Kredit Mesra, dibuat untuk mempermudah akses keuangan bagi masyarakat.

"Tolong sampaikan warganya kalau butuh pinjaman uang cukup datang ke masjid yang sudah direkomendasikan oleh DKM. Dana itu sudah kita sebar ke berbagai daerah," ungkap Emil.

Sekretaris Umum MUI Jabar Rafani Achyar sangat mendukung berbagai program keumatan yang digulirkan Pemprov Jabar. Walaupun, tak semuanya melibatkan MUI. Beberapa program yang melibatkan MUI Jabar, di antaranya adalah Kredit Mesra dan English For Ulama. 

"Kami mendukung semua program keumatan yang dibuat Pemprov Jabar. Saya berharap, program yang tak melibatkan MUI pun harus berjalan juga," katanya. 

Rafani mengatakan, dengan banyaknya program yang dibuat untuk umat muslim tersebut, diharapkan bisa berdampak pada masyarakat Jabar yang mayoritas muslim. Yakni, masyarakat Jabar bisa semakin religus. "Kan semua program ini harus ada dampaknya ke masyarakat kalau visi Jabar juara lahir batin ingin tercapai," katanya.

Rafani menyarankan pada Pemprov Jabar, agar membuat program sekaligus menetapkan indikator keberhasilannya apa. Jadi, indikatornya harus jelas. Misalnya, kalau program bidang keagamaan ini di pacu maka indikator keberhasilannya harus bisa terlihat misalnya kemaksiatan berkurang, judi hilang, prostitusi tak ada dan lain-lain.

"Semua kemaksiatan seharusnya berkurang dengan digenjotnya program keagamaan ini. Jadi, indikator keberhasilan programnya harus jelas terukur," katanya.

Untuk program Kredit Mesra, kata dia, indikator keberhasilannya selain harus d bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga harus bisa menghilangkan praktik riba di masyarakat. 

Sedangkan untuk program English For Ulama (EFU), saat ini, telah berjalan dengan melibatkan MUI. MUI diminta untuk menyeleksi ulama yang akan mengikuti program ini. Pelatihan angkatan pertama pun sudah selesai dilakulan. "Nah yang belum tindak lanjutnya, ulama yang akan dikirim ke Eropa ini belum," katanya. 

EFU sendiri, telah usai. Peserta angkatan pertama, terpilih sebanyak 30 orang dari 265 ulama yang mendaftar. Mereka, telah mengikuti program EFU yang sudah berjalan dari 28 Maret hingga 11 April 2019. 

Seorang peserta EFU, Ihya Ulumudin, sangat bersyukur bisa menyelesaikan pelatihan ini. Kata dia, setelah dua pekan mengikuti pelatihan EFU, banyak ilmu yang diperolehnya. 

"Alhamdulillah bagi saya ini kesempatan baik banget agar ulama bisa menguasai bahasa Inggris setelah mengikuti program ini," ujar Ihya yang menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMA Cipulus-Purwakarta sekaligus instruktur kungfu dan mengajar di majelis taklim ini.

Ihya menilai, program EFU ini sangat bagus karena sebagai ulama bisa mendapatkan wadah untuk berkontribusi menyebarkan islam yang toleran, Islam yang moderat dan islam yang damai dari Jabar dan Indonesia ke pentas dunia. 

Menurut dia, banyak sekali ilmu yang didapat oleh semua peserta. Bahkan, ulama tak hanya mendapat ilmu dari sisi pendalaman Bahasa Inggrisnya saja agar bisa lebih percaya diri berkomunikasi. Namun, semua peserta mendapatkan pendalaman dari sisi konten keislaman.

"Ini, sangat-sangat bermanfaat bagi kami. Dan mempelajari budaya-budaya yang ada di barat seperti apa," katanya.

Selain itu, semua ulama juga mempelajari jembatan seperti apa ketika kita menyebarkan islam yang damai dan toleran ke pentas dunia. Apalagi, selesai dari program ini Pemprov Jabar akan mengirim ulama ke Inggris.

Menurut Pakar Ekonomi yang menjabat Kaprodi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung (Unisba), Ima Amaliah, berbagai program ekonomi yang dibuat untuk umat oleh Pemprov Jabar sangat baik. Misalnya kredit Mesra yang bisa menghidupkan ekonomi masyarakat dari masjid serta program one pesantren one product  (OPOP). Ima menilai, memang sudah seharusnya masjid dan pesantren berkontribusi untuk perekonomian. Karena, masjid dan pesantren ini, sangat potensial untuk membangun ekonomi umat karena memiliki SDM.

"Agama kan memang tak hanya belajar benar dan salah. Masjid dan Pesantren harus jadi ujung tombak kegiatan ekonomi," katanya.

Ima berharap, dengan adanya OPOP ini akan semakin banyak pesantren yang maju seperti pesantren Daarut Tauhid. Sehingga semua pesantren harus hidup mandiri tak hanya menggantungkan diri dari dakwah. "Kan ini nantinya dengan OPOP agama bagus, tapi punya bisnis dan ditunjang dengan wirausahawan tinggi," katanya.

Walaupun OPOP ini program yang bagus Ima berharap, program ini tak hanya menjadi program sesaat tapi harus berkelanjutan. Kata dia, program ini hanya akan bergerak kalau ada pendampingnya. Sedangkan Kredit Mesra, bisa membantu mengembangkan usaha para jamaah masjid.

Turunkan indeks rasio gini

Tak hanya membuat berbagai program keumatan, Gubernur Jabar ini pun bertekad dapat menurunkan indeks Rasio Gini alias angka ketimpangan kaya-miskin. "Salah satunya (dengan) menghilangkan gap desa-kota. Karena sebagian masyarakat masih menganggap bahwa sejahtera itu hidup di kota," katanya.

Salah satu upaya menghilangkan pola pikir kesenjangan desa-kota, kata dia  adalah program OVOC (One Village One Company). Lewat program ini, aktivitas ekonomi di desa akan 'dipecut' sehingga masyarakat desa menjadi berdaya dan memiliki penghasilan sehingga tidak perlu pindah ke kota. 

"Di masa saya, milenial kita ajak kembali ke desa jadi CEO, karena mereka yang mengerti ekonomi digital," katanya.

Emil pun mencari CEO perusahaan di desa dengan program Patriot Desa. CEO yang terpilih, akan ditantang mengembangkan desa dengan potensi desa. "Diharapkan dengan satu desa satu perusahaan warga desanya bisa bekerja saja di desa tapi rezeki kota," katanya.

Program ini, kata dia, menjadi strategi dalam memberdayakan perusahaan desa agar lebih kompetitif dan diharapkan hasil akan dirasakan dalam jangka panjang. 

"Di desanya juga ia membekali dengan Desa Digital. 600 desa sudah pasang Wifi, kemudian dilatih berjualan online sehingga harga jual bagus, ke pembeli lebih murah," katanya.

Selain itu, kata dia, desa terbaik juga mendapat fasilitas tambahan yakni Maskara (Mobil Aspirasi Kampung Juara), mobil multifungsi yang bisa dimanfaatkan warga untuk angkutan pertanian, angkut jenazah, hingga hiburan seperti layar tancap.

Menurutnya, berkat reformasi ekonomi desa yang masuk dalam program kerja 'Jabar Juara Lahir Batin' di pemerintahan Emil-Uu, sebanyak 530 desa di Jabar bisa naik status dari desa berkembang menjadi desa maju.

"Menunjukan gempuran kami fokus di desa, salah satu indikatornya keterbelakangan teknologi sudah tidak ada," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement