Ahad 18 Aug 2019 08:05 WIB

Pertamina Kembangkan Ekowisata Mangrove di Karawang

Lahan ekowisata Mangrove di Pasir Putih Karawang seluas 20 hektare.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nur Aini
Hutan Mangrove (ilustrasi)
Foto: Antara
Hutan Mangrove (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memiliki berbagai program corporate social responsibility (CSR) untuk masyarakat pesisir yang tinggal di sekitar wilayah operasinya. Salah satunya pengelolaan hutan pendidikan di wilayah pesisir Subang dan Karawang.

Program yang dinamai Kapal Kehati GreenThink itu ditetapkan sebagai Jawara Wisata Subang oleh bupati. Keberhasilan tersebut mendorong perusahaan untuk melakukan replikasi di Desa Pasir Putih Karawang. Pada 2017 lalu, Pasir Putih sudah memiliki program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP), program tersebut terus berjalan dan pada 2018 berkembang dengan program Ekowisata Mangrove Pasir Putih Karawang.

Baca Juga

Menurut VP Relations Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya, wilayah tersebut memiliki  938 keluarga yang terancam terkena abrasi pantai, padahal kehidupan mereka juga bergantung terhadap hasil laut, istri nelayan juga tidak produktif. Dari permasalahan tersebut, Pertamina mengusung program untuk membantu mempercantik lingkungan serta bisa menambah perekonomian bagi mereka. Caranya dengan membuka ekowisata mangrove dan terumbu karang dan peningkatan kapabilitas nelayan.

"Selain itu kami berdayakan istri nelayan dengan meningkatkan kapasitas mereka mengolah produk hasil laut terutama rajungan, mengingat Pasir Putih ini merupakan sentra rajungan di Jawa Barat," ujar Ifki Sukarya di Jakarta, (17/8).

Untuk mengatasi abrasi pantai, PHE ONWJ dan masyarakat bergotong royong untuk menggunakan ban bekas sebagai media penahan abrasi. Ada sekitar 2.000 ban bekas yang digunakan sebagai media penahan abrasi untuk lahan pesisir seluas 14.440 m2.

Kolaborasi itu menghasilkan 20 hektare lahan termanfaatkan sebagai ekowisata mangrove terintegrasi. Ada 90 ribu mangrove yang sudah tertanam di area tersebut. Terbentuknya kelompok pengelola ekowisata juga membuat perekonomian nelayan dan masyarakat Pasir Putih meningkat, terbukti kelompok nelayan dan masyarakat berhasil mendapatkan omzet sebesar Rp 25.200.000 per tahun dari pengelolaan kawasan Ekowisata Mangrove dan Terumbu Karang Pasir Putih.

"Ekowisata Pasir Putih bisa dinikmati masyarakat umum. Di sini, ada wisata mangrove, wisata terumbu karang, bird watch tower, rajungan icon, pembibitan mangrove dan dramaga untuk berfoto," ujarnya.

Ifki berharap, apa yang diupayakan PHE ONWJ dapat melestarikan mangrove sehingga kesejahteraan masyarakat Pasir Putih juga meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement