Jumat 16 Aug 2019 22:16 WIB

Agar Kaum Disabilitas Miliki Daya Saing

Upaya ini diharapkan menjebatani dunia disabilitas dengan non-disabilitas.

tampak suasana diskusi yang diselenggarakan Yayasan Helping Hands Rabu lalu.
Foto: dok istimewa
tampak suasana diskusi yang diselenggarakan Yayasan Helping Hands Rabu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari kemerdekaan Republik Indonesia selalu dirayakan masyarakat Indonesia dengan meriah setiap tahunnya. Namun, tidak demikian halnya dengan para penyandang disabilitas yang masih terbelenggu dalam kesehariannya.

Tidak sedikit dari mereka yang harus menerima kenyataan semakin terbatasnya ruang gerak di tengah masyarakat.  Di Indonesia penyandang disabilitas masih mengalami kesulitan besar dalam mendapatkan pekerjaan formal.

Sebuah temuan di tahun 2018 menyebutkan baru sekitar 1,2 persen penyandang disabilitas yang berhasil ditempatkan dalam sektor tenaga kerja formal.  Padahal, UU No. 8 Tahun 2016 mewajibkan perusahaan swasta mempekerjakan paling sedikit 1 persen, pemerintah, Pemda, BUMN dan BUMD mempekerjakan paling sedikit 2 persen penyandang disabilitas dari jumlah pegawai.

"Persoalan keterbatasan akses penyandang disabilitas terhadap pekerjaan formal terjadi sejak lama," kata Willy Suwandi Dharma, salah satu pendiri Yayasan Helping Hands. 

Pihaknya berharap upaya ini menjadi jembatan antara dunia disabilitas dengan non-disabilitas. Dengan orang lebih mengenal seseorang yang difabel, memahami kemampuan, kelemahan, kebutuhan, kesamaan, perbedaan. "Kami berharap akan lebih memberi dampak bagi komunitas difabel," kata Willy dalam sebuah diskusi bertajuk Merayakan Disabilitas Menuju Indonesia Maju, Rabu (15/8). 

Dalam membangun jembatan kesetaraan dan kebersamaan, yayasan Helping Hands menggunakan Metodologi Program berbasis empat elemen, yakni  Edukatif, Inklusif, Partisipatif dan Eksperensial. Keempat elemen tersebut selanjutnya diwujudkan dalam  tiga Pilar Program Utama Yayasan, yakni Pendidikan Alam, Pendidikan Olah Raga dan Pengalaman Profesional. Tiga pilar program itu yang kemudian dijalankan oleh para anak muda penyandang disabilitas yang menjadi peserta didik Yayasan Helping Hands.

Melalui ketiga Pilar program, kita berupaya menyatukan anak muda disabilitas dengan non disabilitas ke dalam berbagai pelatihan nonformal. Melalui pelatihan bersama itu para penyandang disabilitas dan nondisabilitas akan berinteraksi sekaligus meresapi nilai-nilai yang diusung Yayasan Helping Hands, yakni toleransi, empati, kepemimpinan dan kerja sama yang akan membuka ruang kebersamaan yang lebih luas lagi. 

Di Pilar ketiga, Pengalaman Profesional, yang bertajuk Leadership Inclusive Taining (LIT), Yayasan Helping Hands membawa para siswa-siswi Sekolah Luar Biasa ke berbagai perusahaan untuk merasakan pengalaman pelatihan bersama dengan pekerja professional . "Di dalam program LIT, para remaja akan diajak mengikuti sesi leadership, aktivitas team building bersama dengan karyawan Perusahaan, dan sesi pengembangan karir yang diberikan  Perusahaan tersebut. 

Salah satu program LIT yang akan dijalankan dalam waktu dekat kerja sama dengan Bank BCA pada tanggal 20 Agustus bertepatan dengan HUT RI ke-74. Pada saat itu, adalah 15 anak tunanetra akan dibawa ke fasilitas unit kerja Halo BCA di BSD, Tangerang. Mereka akan ditandem dengan 15 karyawan BCA dalam sebuah pairing program, 3-4 jam. 

"Kami harap melalui program tersebut di sisi anak disabilitas akan menumbuhkan kepercayaan diri untuk berinteraksi dan berkarya di dunia professional, " kata Wendy Kusumowidagdo, Direktur Eksekutif Yayasan Helping Hands.

Di sisi karyawan akan menumbuhkan empati yang diharapkan dapat memperluas wawasan mereka agar lebih inklusif dan ramah disabilitas. "Siapa tahu dapat membuka ruang kesempatan bekerja bersama lebih lanjut dengan penyandang disabilitas di perusahaan," kata Wendy.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement