REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengingatkan kepada seluruh pemangku kepentingan dan akademisi bahwa Pancasila jangan dijadikan sebagai bahan ajaran secara mendalam tanpa diterapkan dalam kehidupan bernegara. Pemaparan nilai-nilai Pancasila juga harus dilakukan dengan mudah sehingga masyarakat dapat memahami sila per sila dalam ideologi tersebut.
“Jangan Pancasila ini dipersulit, jangan hanya menjadi tema seminar sajalah, jangan menjadi bahan indoktrinasi," kata Wapres JK saat memberikan pidato kunci pada Kongres XI Pancasila di Balairung Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (15/8).
Lebih lanjut JK mengatakan, namanya filosofi, itu masuk ke dalam jiwa. "Namanya juga dahulu penghayatan, ya, hayati dengan mudah. Bagaimana kita bisa menghayati kalau dipersulit?” ujarnya.
Menurut Wapres, makin sederhana Pancasila dibahas, makin masyarakat dapat dengan mudah memahami makna ideologi tersebut. "Jadi, makin sederhana pembahasan Pancasila, makin orang bisa paham. Makin orang bisa paham, tentu makin bisa dihayati. Makin sulit dan dipersulit, tentu makin sulit dipahami. Kalau tidak dipahami, bagaimana bisa dihayati?” katanya.
Oleh karena itu, UGM sebagai salah satu perguruan tinggi yang menyelenggarakan Kongres Pancasila setiap tahun diharapkan dapat membawa pembahasan tersebut dengan tidak terlalu teoritis dan kaku. JK mengatakan, Pancasila seharusnya dapat menjadi ideologi yang akrab dengan masyarakat Indonesia.
“Semoga pertemuan ini menghasilkan sesuatu yang sederhana, yang mudah dipahami dan dihayati serta mudah diukur. Karena kalau falsafah susah diukur, dia sudah jadi falsafah difalsafahkan lagi,” ujarnya.