Rabu 14 Aug 2019 15:53 WIB

Tim Ekspedisi Destana Tsunami BNPB Jangkau 512 Desa

Program ekspedisi Destana Tsunami sasar daerah yang rentan tsunami di Jawa

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Christiyaningsih
 Pelaksanaan gladi lapang dan pengukuhan Desa Tangguh Bencana (Destana) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, DIY.
Foto: Dokumen.
Pelaksanaan gladi lapang dan pengukuhan Desa Tangguh Bencana (Destana) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, DIY.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tsunami menjangkau 512 desa di 24 Kabupaten dan Kota yang ada di Pesisir Selatan Jawa. Agenda ini dilakukan dalam program ekspedisi Destana Tsunami. Sasaran daerah yang dituju merupakan daerah yang rentan terkena bencana tsunami yang saat ini telah masuk ke daerah Serang, Banten.

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka penguatan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami dan untuk pengembangan Desa Tangguh Bencana yang berada di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa.

Baca Juga

"BNPB sebagai lembaga negara yang diberi tugas untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana, membuat langkah untuk melindungi masyarakat berisiko yang berada di desa/kelurahan tersebut," jelas Deputi Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan, Rabu (14/8).

Ekspedisi ini terbagi dalam empat Segmen yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten. Masing-masing segmen diikuti 200 orang. "Sebanyak 42 ribu masyarakat yang kami datangi, lebih dari 3.700 orang perangkat desa yang kami berikan pemahaman bencana," imbuhnya.

Dari target 518 desa, hanya tercapai 512 desa telah disosialisasikan tentang kesiapsiagaan dan potensi tsunami. "Kendala di lapangan banyak kami alami, termasuk penolakan dari kepala daerah tersebut," ungkap Lilik.

Menurutnya, ada 600 ribu lebih masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tsunami. Fakta tim ekspedisi Destana di lapangan menemukan tingkat kesiapsiagaan daerah sudah cukup baik bagi daerah yang sudah pernah mengalami tsunami. Namun yang belum mengalami tsunami masih banyak yang perlu diberikan edukasi kebencanaan.

Selain itu, pihaknya menemukan bahwa dalam segi infrastruktur, masih belum memadai untuk evakuasi. "Dari timur jawa ke barat, masih banyak daerah wisata yang hampir sebagian besar tidak punya rambu peringatan tsunami. Hal ini sangat riskan bagi keselamatan pengunjung." katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement