Rabu 14 Aug 2019 05:59 WIB

Penelitian Stem Cell di Indonesia Maju Pesat

Masalah SDM dan infrastruktur menghambat pengembangan stem cell di Indonesia.

Stem cell disebut efektif mengatasi penyakit degeneratif yang biasa menyerang orang tua.
Foto: EPA
Stem cell disebut efektif mengatasi penyakit degeneratif yang biasa menyerang orang tua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengobatan melalui terapi sel punca atau stem cell menjadi salah satu  rujukan pasien yang ingin mencari alternatif penyembuhan. Terapi ini menjadi  harapan baru dunia kedokteran untuk menjawab pengobatan berbagai penyakit  yang selama ini kerap diklaim sebagai sulit disembuhkan. 

“Riset pengembangan di bidang sel punca semakin pesat di dunia dan juga di  Indonesia. Peminatnya juga banyak baik dari dalam negeri maupun luar negeri," ujar pakar stem cell, dr Syaifuddin dari klinik MMC Lamongan,  dalam keterangannya, Selasa (13/8).

Di Indonesia perhatian dan penelitian dalam bidang sel punca (stem cell)  mengalami kemajuan yang amat pesat. Para peneliti menggunakan sel punca  untuk mengetahui dan mempelajari proses pertumbuhan dan perkembangan  jaringan tubuh manusia serta patogenesis penyakit-penyakit yang diderita. Dari  situ pula penyembuhan melalui terapi ini dapat dilakukan.

Penggunaan sel punca dalam perngobatan penyakit-penyakit yang sudah tidak  mungkin untuk diobati lagi baik secara konservatif maupun operatif khususnya  penyakit degeneratif maupun kelainan lainnya. Dalam bidang farmakologi para  peneliti juga menggunakan sel punca untuk menguji obat-obat baru.

"Sel punca (stem cell) mempunyai kemampuan untuk mengganti sel yang rusak  atau sakit. Stemcel berfungsi untuk mengembalikan keremajaan sel. Regenerasi  sel ini berfungsi untuk mengembalikan stamina dan peremajaan tubuh sehingga  tampak awet muda, serta bisa untuk menyembuhkan penyakit," katanya menambahkan.

Terapi sel punca atau stem cell merupakan terobosan kedokteran untuk  mereparasi sel yang rusak dengan menanamkan sel baru dengan jenis dan  fungsi yang sama. Terapi ini selama ini telah terbukti berhasil menolong banyak  pasien di klinik MMC Lamongan dan juga di dua rumah sakit yang sudah  mengembangkannya yakni RS Ciptomangunkusumo Jakarta dan RS Dr Soetomo Surabaya. 

Salah satu pasien yang sukses menjalani proses stem cell adalah mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, kala itu ia menjalani proses natural killer cell (NK  cell).  Pengobatan ini berfungsi untuk mempermuda sel dalam tubuh. Mantan  Dirut PLN ini melakukan proses tersebut dua kali pada akhir 2014 dan pada  Februari 2015.

Dahlan lebih memilih melakukan stem cell di RS Dr Sutomo Surabaya  ketimbang di Jerman. Hal ini karena  harga  yang dipatok  untuk melakukan sistem stem cell Surabaya jauh lebih murah. ”Bahkan, mungkin yang termurah di dunia. Tapi, hasilnya bagus. Sampai  sekarang, saya masih sehat  dan tak punya keluhan apa pun,” katanya kala itu,

Walaupun harganya murah, kualitas stem cell di Surabaya juga bagus.  Dengan melakukan riset secara mandiri, kata Dahlan, RSUD dr Soetomo  memiliki kualitas stem cell yang lebih baik daripada yang ada di Jerman.

"Di Jerman para dokter hanya mengembangkan riset yang sudah ada. Karena  itu, kita harus mendukung pengobatan stem cell di sini (RSUD dr Soetomo) agar  bisa dikenal dunia internasional,” paparnya. 

Meskipun sudah teruji ampuh untuk mengobati beragam penyakit, namun  dalam praktiknya, kendala biaya yang tidak bisa dijangkau oleh semua orang.  Selain itu ada juga masalah sumber daya manusia, dan infrastruktur  (laboratorium, dan rumah sakit yang mumpuni) menjadi salah satu kendala  terhambatnya pengembangan metode penyembuhan stem cell di Indonesia. 

"Kita berharap pemerintah membangun fasilitas penelitian, produksi sel punca  secara massal sehingga lebih terjangkau. Juga fasilitas perawatan bagi pasien yang sesuai standar," paparnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement