Selasa 13 Aug 2019 18:21 WIB

Hingga Juli 2019 Bencana di Sukabumi Capai Ratusan Kejadian

Januari hingga Juli 2019 bencana di Sukabumi capai 398 kejadian

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengamati salah satu rumah rusak terdampak bencana gerakan tanah di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (2/5/2019).
Foto: Antara/Budiyanto
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengamati salah satu rumah rusak terdampak bencana gerakan tanah di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (2/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kejadian bencana di Kabupaten Sukabumi terus bertambah banyak di sepanjang 2019. Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menyebutkan total bencana dari rentang waktu Januari hingga Juli 2019 mencapai sebanyak 398 kejadian.

"Dari data yang ada longsor tetap mendominasi dibandingkan dengan yang lain," ujar Koordinator Pusadalops BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna kepada wartawan, Selasa (13/8). Total bencana dalam kurun waktu Januari hingga Juli mencapai sebanyak 398 kejadian.

Rinciannya kata Daeng, kebakaran 54 kejadian, longsor 223 kejadian, banjir 28 kejadian, angin kencang 61 kejadian, pergerakan tanah 12 kejadian, dan lain-lain 8 kejadian serta kekeringan 1 kejadian. Sementara jumlah bencana paling banyak terjadi pada bulan Januari yakni 126 kejadian.

Daeng menuturkan, pada bulan itu kasus kebakaran 7 kali kejadian, longsor 78 kejadian, banjir 16 kejadian, angin kencang 20 kejadian, pergerakan tanah 4 kejadian, dan lain-lain 1 kejadian. Selanjutnya waktu kejadian terbanyak bencana yakni Februari sebanyak 76 bencana yang terdiri atas kebakaran 15 kejadian, longsor 36 kejadian, banjir 3 kejadian, angin kencang 20 kejadian, dan  pergerakan tanah 2 kejadian.

Sementara kejadian bencana paling rendah terjadi pada Juli sebanyak 13 kasus. Rinciananya kasus kebakaran 11 kejadian, angin kencang 1, kejadian, dan kekeringan 1.

Menurut Daeng, data ini belum termasuk dampak gempa bumi yang terjadi di awal Agustus 2019 lalu. Pertama gempa dengan magnitudo 6,9 yang terjadi pada Jumat (2/8) sekitar pukul 19.03 WIB. Selanjutnya gempa magnitude 4,4 yang terjadi pada Sabtu (3/8) dini hari pukul 00.22 WIB.

Pada kejadian itu ada sebanyak 163 unit bangunan baik rumah dan fasilitas umum (Fasum) di Kabupaten Sukabumi rusak akibat gempa bermagnitudo 6,9 yang berpusat di Banten. Jumlah tersebut berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan BPBD Kabupaten Sukabumi hingga Rabu (7/8).

"Bangunan yang rusak mencapai sebanyak 163 unit yang terdiri atas 152 rumah dan 11 sarana fasum," ujar Daeng. Ratusan bangunan yang rusak ini tersebar di 34 kecamatan dan 81 desa dari 47 kecamatan yang ada di Sukabumi.

Daerah terdampak bencana itu kata Daeng, yakni Kecamatan Parakansalak, Cikembar, Ciambar, Sagaranten, Cidahu, Nagrak, Bojonggenteng, Kalapanunggal, Warungkiara, Sukaraja, Waluran, Cireunghas, Cisolok, Cicantayan, dan Ciemas. Selanjutnya Kecamatan Cicurug, Kadudampit, Cikidang, Kabandungan, Simpenan, Gegerbitung, Cimanggu, Cibitung, Purabaya, Jampang Tengah, Curugkembar, Palabuhanratu, Cibadak, Cidadap, Cidolog, Surade, Lengkong, dan Tegalbulued. 

Daeng menerangkan, dari sebanyak 152 rumah rusak terdiri atas 17 unit rumah rusak berat, 50 rusak sedang, dan rusak ringan sebanayak 85 unit. Warga yang terdampak bencana sebanyak 167 kepala keluarga (KK) terdiri atas 582 jiwa. Sementara warga yang mengungsi 17 KK yang terdiri dari 65 jiwa.

Di samping rumah rusak ungkap Daeng, ada 11 unit sarana umum yang terdampak bencana gempa. Di antaranya masjid jami tiga unit rusak ringan, MDTA tiga unit rusak sedang, SD dua unit rusak ringan, majelis taklim satu unit rusak sedang, dan MI satu unit rusak sedang serta MCK masjid rusak ringan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement