Selasa 13 Aug 2019 06:50 WIB

Damkar DKI akan Perbaiki Peta Rawan Kebakaran di DKI

Persoalan kebakaran di Jakarta paling sering akibat masalah kelistrikan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Friska Yolanda
Suasana kebakaran yang membakar gudang pengepul plastik di Kelapa Dua Wetan, Cipayung, Jakarta Timur, Ahad (11/8/2019).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Suasana kebakaran yang membakar gudang pengepul plastik di Kelapa Dua Wetan, Cipayung, Jakarta Timur, Ahad (11/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta Subejo mengatakan klasifikasi wilayah kebakaran berdasarkan kriteria tertentu sudah ada. Misalnya wilayah mana yang padat hunian, wilayah mana yang memiliki akses jalan sempit, jauh dari sumber air.

Bahkan pihaknya memiliki area wilayah mana dengan bahan bangunan mudah terbakar sehingga memudahkan sebaran api kebakaran. Salah satu yang menjadi kesulitan Damkar selama ini adalah minimnya sarana di lokasi untuk upaya pemadaman awal.

Baca Juga

"Walaupun sejalan dengan waktu mungkin daerah-daerah tersebut sudah mengalami perubahan tingkat kerawanannya. Oleh karena itu akan kami petakan kembali sesuai instruksi gubernur terbaru," sebutnya.

Karena itu, ia sepakat dengan upaya pencegahan dengan meningkatkan kesadaran warga, yakni menandai wilayah pemukiman dengan risiko kebakaran yang tinggi, seperti yang disampaikan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

photo
Petugas dan Warga berusaha memadamkan api saat terjadi kebakaran di Johar Baru, Jakarta, Senin (5/8/2019).

"Itu bagian dari upaya melakukan edukasi kepada masyarakat sehingga termotivasi utk melakukan upaya-upaya perubahan/perbaikan bersama seluruh komponen masyarakat, agar lingkungannya berubah menjadi berkurang kerawanan kebakarannya atau menjadi tidak rawan," jelas Subejo.

Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Embay Suhaimi mengakui persoalan kebakaran di Jakarta sebagian besar paling sering disebabkan karena masalah kelistrikan. "Penyebab terbanyak dan sering terjadi di permukiman padat penduduk seperti Tambora (Jakarta Barat),” kata Embay.

Masalah listrik ini, sambung dia, paling rawan di Jakarta. Salah satu alasan yang sering dijumpai, karena instalasi di rumah-rumah permukiman padat terbilang rumit. Sering ditemui satu titik listrik bisa dipasang 5-6 steker untuk beragam keperluan penghuni.

Apalagi, lanjut dia, diketahui warga tidak menggunakan kabel yang tidak ber-SNI. Peralatan listrik yang tak berstandar inilah, menurut dia, paling rawan penyebab korsleting listrik dan memicu kebakaran. 

Kebakaran yang cukup sering terjadi di Jakarta, bisa dibilang rata-rata terjadi 3-5 kali sehari. Terbaru pada Senin (12/8) api membakar area lapak di Komplek PIK Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Beberapa jam sebelumnya pada Senin dini hari, api melahap rumah di wilayah Kemang Timur 5, RT.02/RW.02, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Di malam sebelumnya, pada Sabtu (10/8) malam api juga membakar pemukiman di Pasar Kambing, Jalan Sabeni Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Setidaknya Dua korban meninggal dunia dan satu terluka akibat kebakaran. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement