Ahad 11 Aug 2019 20:16 WIB

Cuaca Berawan Ganggu Pengeboman Air di Gunung Ciremai

Lahan yang terbakar merupakan habitat edelweis pada ketinggian 2.600 mdpl–3.078 mdpl.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Endro Yuwanto
Sebuah helikopter dari BNPB lepas landas dari lapangan milik warga untuk melakukan water bombing di lereng Gunung Ciremai di Kuningan, Jawa Barat, Jumat (9/8/2019).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Sebuah helikopter dari BNPB lepas landas dari lapangan milik warga untuk melakukan water bombing di lereng Gunung Ciremai di Kuningan, Jawa Barat, Jumat (9/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Dua titik api masih menyala di hutan Gunung Ciremai, Ahad (11/8) pukul 10.30 WIB. Upaya pemadaman dengan Heli Water Boombing terkendala kondisi cuaca yang berawan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Agus Mauludin, menyatakan, dua titik api itu terdapat di sebelah barat Blok Sanghiyang Ropoh. Satu tim lapangan pun terus berusaha memadamkan dua titik api tersebut.

Baca Juga

Agus menyatakan, pemadaman dengan pengeboman air dengan helikopter belum bisa dilakukan. Hal itu dikarenakan kondisi cuaca yang berawan di Palutungan.

"Cuaca di Palutungan berawan sampai pada ketinggian 1.800 mdpl sehingga Heli Water Boombing Bell 412SP belum bisa beroperasi," kata Agus, Ahad (11/8).

Kebakaran hutan pertama kali diketahui melanda Blok Gua Walet, pada ketinggian 2.950 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang berjarak sekitar 0,3 kilometer dari puncak Gunung Ciremai, Rabu (7/8) sekitar pukul 13.00 WIB. Hingga Sabtu (10/8), lahan yang sudah terbakar seluas kurang lebih 371 hektare.

"Lahan yang terbakar merupakan habitat edelweis pada ketinggian 2.600 mdpl–3.078 mdpl (meter di atas permukaan laut)," jelas Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement