Ahad 11 Aug 2019 13:35 WIB

Tiap Kemarau, Air di Sungai Citarum Berwarna Hitam Pekat

Air sungai Citarum yang menghitam disebabkan sedimen yang dikeruk.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
Anggota Satgas Citarum Harum membersihkan Kali Busa Bahagia, Rabu (7/8).
Foto: Republika/Riza Wahyu Pratama
Anggota Satgas Citarum Harum membersihkan Kali Busa Bahagia, Rabu (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MARGAHAYU- Tiap musim kemarau berlangsung khususnya di wilayah Kabupaten Bandung, debit air yang berada di Sungai Citarum terpantau mengalami penyusutan secara drastis. Tidak hanya itu, jika saat hujan air berwarna kecoklatan maka saat ini berwarna hitam pekat dan relatif berbau.

Meski hitam, terpantau tidak terdapat sampah-sampah yang menumpuk di aliran tersebut. Terkait kondisi tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung memberikan penjelasan penyebab air sungai Citarum berwarna hitam pekat dan berbau.

Kepala Seksi Penataan Hukum Lingkungan DLH Kabupaten Bandung, Robby Dewantara Sukardi menjelaskan jika warna hitam pada air sungai Citarum di musim kemarau sering berulang terjadi tiap tahun. Bahkan katanya, tahun 2018 kondisinya relatif lebih parah.

"Warna hitam reaksi dari organik, bisa dari air limbah domestik maupun industri maupun organik yang mengendap akibat genangan aliran air. Yang parah memang dari domestik yang berbau," ujarnya melalui pesan singkat, Ahad (11/8).

Dirinya menyebutkan jika faktor yang menyebabkan air sungai Citarum bisa berwarna hitam sangat banyak. Diantaranya karena kuantitas debit air di sungai yang kecil.

Kemudian menurutnya, limbah yang dibuang ke sungai tidak berubah seperti pembuangan dari (limbah) domestik. Sedangkan meski limbah industri yang dibuang berubah namun karena ditengarai kekurangan air akhirnya tetap menghasilkan seperti sekarang.

"Aliran air yang tidak mengalir sehingga mengendap dan tidak teroksidasi," ungkapnya.

Komandan Sektor 7 Citarum Harum, Kolonel Kavaleri Purwadi menyebutkan jika warna air sungai Citarum yang menghitam disebabkan sedimen yang tengah dikeruk. Sehingga tanah yang tercemar naik kembali.

"Saat ini, karena sedimen dikeruk dan tanahnya yang tercemar naik lagi. Kalau sudah dikeruk tidak hitam lagi kok," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement