Sabtu 10 Aug 2019 00:07 WIB

Indonesia-Malaysia Sepakat Lawan Diskriminasi Produk Sawit

Kedua pemimpin meneruskan perlawanan terhadap diskriminasi sawit

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (ketiga kiri) dan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad (keempat kiri) berjalan bersama ke arah Masjid Putra Putrajaya, Malaysia, Jumat (9/8/2019) untuk melakukan salat Jumat bersama.
Foto: Antara/Agus Setiawan
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (ketiga kiri) dan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad (keempat kiri) berjalan bersama ke arah Masjid Putra Putrajaya, Malaysia, Jumat (9/8/2019) untuk melakukan salat Jumat bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sepakat melawan diskriminasi produk kelapa sawit oleh Uni Eropa. Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, isu ini menjadi salah satu pembahasan utama dalam pertemuan kedua kepala negara.

"Kedua pemimpin memiliki komitmen yang tinggi untuk meneruskan perlawanan terhadap diskriminasi sawit," ucap Retno, dikutip dari laman setpres, Jumat (9/9).

Retno menjelaskan, Indonesia dan Malaysia memiliki komitmen tinggi dalam isu pengolahan dan pengelolaan sawit yang berkelanjutan. Indonesia juga telah memiliki sertifikasi sawit dan data-data ilmiah yang dapat dipakai untuk perbandingan.

Seperti diketahui, ASEAN dan Uni Eropa telah sepakat membentuk Working Group (WG) on Palm Oil. Indonesia menilai persamaan persepsi mengenai kerangka kerja WG tersebut penting dilakukan. Tanpa persamaan persepsi dikhawatirkan WG tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan.

"Jadi pendekatan kita adalah pendekatan yang terbuka. Mari kita bekerja sama. Tapi ya sekali lagi, kalau ajakan kerjasama itu tidak dan terus menerus kita terdiskriminasi ya pastinya Indonesia dan Malaysia tidak akan diam. Kita akan melawan," ucapnya.

Selain itu, dalam pertemuan ini, keduanya juga sepakat mengintensifkan pembicaraan dan negosiasi terkait masalah perbatasan kedua negara. Pembahasan soal perbatasan tersebut meliputi perbatasan di laut maupun darat.

"Kita memiliki perbatasan yang cukup banyak dengan Malaysia baik perbatasan darat maupun perbatasan laut dan kedua pemimpin sepakat untuk mengintensifkan negosiasi baik untuk darat maupun laut sehingga dapat menghasilkan kemajuan," ujar Retno.

Lebih lanjut, Presiden Jokowi juga membahas terkait masalah pendidikan bagi anak WNI dan tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia.

Sejauh ini Indonesia telah memiliki beberapa Community Learning Center (CLC) di wilayah Sabah dan Serawak. Namun, untuk wilayah Semenanjung Malaysia, hingga saat ini masih belum terdapat CLC yang sangat penting bagi perkembangan pendidikan anak-anak Indonesia yang berada di Malaysia. Oleh karena itu, Presiden Jokowi meminta bantuan PM Mahathir agar dapat membangun CLC di kawasan tersebut.

"Isu ini sudah mulai dibahas oleh Presiden dan Perdana Menteri Malaysia sejak beberapa waktu yang lalu dan tadi pada saat pertemuan Presiden mengatakan bahwa Perdana Menteri Malaysia memberikan komitmen untuk memperhatikan permintaan Indonesia," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement