REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Baru dibuka Kamis (8/8), jalur pendakian ke puncak Gunung Slamet melalui jalur Dusun Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga, kembali ditutup. Penutupan jalur pendakian tersebut, berlaku efektif mulai Jumat (9/8).
''Penutupann jalur pendakian dilakukan menyusul kenaikan status Gunung Slamet oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gunung Api (PVMBG) dari status aktif normal menjadi waspada,'' jelas Manajer Bisnis Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Sugito, Jumat (9/8).
Sebelumnya, Perhutani KPH Banyumas Timur sebagai pengelola jalur pendakian pos Bambangan, memang baru membuka jalur pendakian tersebut pada Kamis (8/9). Pembukaan kembali jalur pendakian tersebut, dilakukan setelah pihak Perhutani melakukan pembenahan jalur pendakian sejak 22 Juli 2019.
Namun Sugito menyebutkan, penutupan jalur pendakian kali ini tidak hanya berlaku untuk jalur pendakian melalui pos Bambangan. Melainkan juga untuk jalur Gunung Malang di Kabupaten Purbalingga dan jalur Baturraden Kabupaten Banyumas yang memang menjadi wewenangnya. ''Bahkan jalur pendakian dari wilayah Pemalang dan Guci di Kabbupaten Tegal, juga telah ditutup,'' katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Ariono, mendukung sepenuhnya kebijakan Perhutani menutup jalur pendakian, mengingat aktivitas Gunung Slamet yang mengalami peningkatan. ''Berdasarkan surat edaran PVMBG, tidak boleh ada yang mendekati area radius 2 km dari puncak Slamet. Ini merupakan area steril yang cukup jauh, sehingga sebaiknya jalur pendakian ditutup saja,'' jelasnya.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Purbalingga Muhsoni, menyatakan saat ini pihaknya masih berkoordinasi dengan lintas sektor untuk menyikapi peningkatan aktivitas gunung Slamet. ''Kami masih mengumpulkan data mengenai jumlah pendaki yang sudah berada di perjalanan ke puncak untuk dilakukan penarikan,'' katanya.
Dia menjelaskan, pos Dusun Bambangan sebagai wilayah pemukiman terdekat dari puncak Gunung Slamet, berjarak sekitar 4 kilometer. Dengan demikian, radius 2 km yang harus steril dari aktivitas manusia, berada di sekitar separuh jarak jalur pendakian. ''Dengan pertimbangan ini, maka jalur pendakian memang sebaiknya ditutup,'' katanya.
Terkait aktivitas Gunung Slamet, PVMBG Bandung sebelumnya mengumumkan kenaikan status Gunung Slamet dari aktif nomal (I) ke tingkat waspada (II). Peningkatan aktivitas ini didasari pertimbangan terjadinya peningkatan berbagai indikator gempa. Lebih dari itu, suhu mata air panas di tiga lokasi menunjukkan peningkatan temperatur dari 44,8 derajat Celcius menjadi 50,8 derajat Celcius.