Jumat 09 Aug 2019 16:33 WIB

Sleman Sisakan Tiga Target Desa Tangguh Bencana

Pelaksanaan gladi lapang kali ini diikuti sebanyak 200 orang.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
 Pelaksanaan gladi lapang dan pengukuhan Desa Tangguh Bencana (Destana) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, DIY.
Foto: Dokumen.
Pelaksanaan gladi lapang dan pengukuhan Desa Tangguh Bencana (Destana) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, DIY.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabupaten Sleman, DIY, baru saja mengukuhkan Desa Tangguh Bencana (Destana) di Desa Tambakrejo, Kecampatan Tempel. Ini menjadi Destana ke 50 yang dikukuhkan dari 53 Destana yang ditargetkan.

Seperti biasa, pengukuhan Desa Tambakrejo sebagai Destana diawali pelaksanaan gladi lapang. Dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Tim Destana dan masyarakat.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Joko Supriyanto mengatakan, pengukuhan Destana dan gladi lapang ini memiliki tujuan mitigasi. Utamanya, meningkatkan kapasitas masyarakat Kawasan Rawan Bencana.

Ia menuturkan, gladi lapang turut bermaksud meningkatkan peran serta masyarakat ketika terjadi bencana. Khususnya, kelompok rentan dalam pengelolaan sumber daya, dalam rangka mengurangi risiko bencana.

"Meningkatkan kerja sama para pemangku kepentingan dalam pengurangan risiko bencana, mulai pemerintah daerah, sekolah, swasta, perguruan tinggi, LSM, dan kelompok-kelompok lain," kata Joko, Jumat (9/8).

Joko menuturkan, pelaksanaan gladi lapang kali ini diikuti sebanyak 200 orang dari berbagai unsur. Ia mengungkapkan, sampai saat ini Kabupaten Sleman sudah memiliki 50 Desa Tangguh Bencana.

Pada kesempatan itu, Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun menyebut, gladi lapang menjadi salah satu usaha persiapan dalam menghadapi terjadinya bencana alam. Khususnya di Desa Tambakrejo sendiri.

"Ini juga menjadi langkah dalam menyamakan persepsi dan mematangkan koordinasi antar instansi terkait penanganan bencana," ujar Sri.

Sri mengingatkan, masyarakat perlu memahami kalau kegiatan-kegiatan seperti itu jangan cuma dianggap sebagai sikap responsif. Tapi, sekaligus preventif atau dalam rangka pengelolaan risiko bencana.

Kecamatan Tempel merupakan daerah yang memiliki risiko bencana terbesar berupa angin kencang. Sri mengimbau, masyarakat harus bisa melakukan tindakan-tindakan yang bersifat preventif.

"Contohnya, memperhatikan pohon-pohon dengan ketinggian lebih dari 25 meter yang berpotensi menjadi risiko bagi keselamatan masyarakat," kata Sri.

Awal tahun ini, Kecamatan Tempel sudah merasakan bencana angin kencang yang berlangsung setidaknya 2-3 pekan. Beruntung, tidak ada korban jiwa yang terenggut atas kejadian itu.

Namun, kerugian materil baik kendaraan, bangunan dan fasilitas umum banyak ditemukan. Kondisi itu diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya tindakan-tindakan preventif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement