Sabtu 10 Aug 2019 05:15 WIB

Pendaki Diimbau tidak Upacara 17 Agustus di Gunung Slamet

Gunung Slamet kini dalam status Waspada.

Gunung Slamet
Foto: Antara
Gunung Slamet

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNUG -- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani mengimbau pendaki tidak melakukan aktivitas wisata atau upacara kemerdekaan 17 Agustus di puncak Gunung Slamet yang kini dalam status Waspada.

"Jadi rekomendasi tidak ada aktivitas atau pendakian di radius dua kilometer dari kawah karena ada potensi erupsi," kata Kasbani di Kantor PVMBG, Kota Bandung, Jumat (9/8).

Baca Juga

Gunung Slamet yang memiliki ketinggian 3.432 mdpl di Jawa Tengah itu dipastikan statusnya ditingkatkan dari semula Level 1 (Normal) menjadi Level 2 (Waspada) sejak tanggal 9 Agustus pukul 09.00 WIB. Kasbani mengatakan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet dapat berpotensi menyebabkan erupsi tanpa terprediksi secara pasti. Walaupun demikian, dia mengatakan akan terus menginformasikan kepada masyarakat setiap peningkatan aktivitas yang terjadi.

"Apalagi ini ada 17 Agustus itu ada upacara jangan sampai naik di atas wilayah dua kilometer dari kawah," kata dia.

Menurutnya, pemantauan aktivitas Gunung Slamet telah dilakukan secara baik. Pos pemantauan yang berada pada radius 8,5 kilometer dari puncak, telah memiliki peralatan yang lengkap.

Berdasarkan hasil pemantauan dari Juni hingga 8 Agustus, Gunung Slamet mengeluarkan asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal dan memiliki ketinggian maksimum 300 meter dari atas puncak. Selain itu, ia mencatat telah terjadi 51.511 kali gempa embusan, lima kali gempa tektonik lokal, dan 17 kali gempa tektonik jauh. Sedangkan tremor atau gerakan seismograf masih terus berlangsung yang berada pada amplitudo 0,5 hingga dua milimeter.

"Kami punya pos di sana yang jaraknya 8,5 kilometer dari puncak dan peralatan yang relatif komplit untuk peralatan sistem monitoringnya. Jadi untuk gunung ini relatif terpantau dengan baik," ujar dia.

Kasbani juga menjelaskan erupsi yang berpotensi terjadi di Gunung Slamet adalah erupsi magmatik. Erupsi magmatik tercatat terakhir kali terjadi yakni lima tahun lalu atau tepatnya pada tahun 2014.

Kemudian ada pula potensi erupsi freatik terjadi dengan ditandai uap air sedangkan erupsi magmatik ditandai dengan ke luarnya magma. Erupsi magmatik, kata dia, dapat diinisiasi atau diawali dengan erupsi freatik.

"Untuk peletusan Gunung Slamet ini umumnya magmatik bisa juga dia diawali dengan freatik, tapi pada umumnya adalah magmatik dan gunung ini erupsi terakhir pada lima tahun yang lalu itu," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement