Jumat 09 Aug 2019 09:43 WIB

Zakat Listrik, Memadam Dendam dalam Kelam

Listrik mati, orang-orang pun emosi.

Jangan Blackout Lagi... Plis ?
Foto:

Ketika sebagian besar warga berpesta cahaya, masih banyak rakyat jelata yang hidup dalam dunia yang gelap gulita. Meski negara sudah 73 tahun merdeka, saban malam mereka mendekam dalam kelam.

Hingga suatu ketika, pembiayaan alternatif datang sebagai solusi. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Bersama lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) United Nations Development Programme (UNDP), BAZNAS mengentaskan kemiskinan dengan "zakat listrik" di beberapa titik lokasi. Antara lain di Lubuk Bangkar, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

Saat peletakan batu pertama, Jumat (6/4/2019), Wakil Ketua BAZNAS, Dr. Zainulbahar Noor, SE, M.Ec, menceritakan kisah perjalanannya yang penuh rintangan menuju lokasi pembangunan PLTMH. Menurut dia, perlu waktu sembilan jam dari Kota Jambi untuk sampai di desa terpencil itu.

Jalur perbukitan, hutan serta perkebunan sawit dan karet ini, hanya bisa dilalui kendaraan bergardan ganda, karena sebagian jalan masih berupa tanah, aspal dan beton berlubang yang dimakan abrasi dan kerap terancam longsor saat musim hujan. Bahkan untuk sampai di desa-desa terdalam di Kabupaten Merangin, rombongan harus melewati sungai dengan perahu motor tradisional selama tiga jam, dilanjutkan dengan menyewa ojek satu jam untuk menempuh jalur setapak dengan lembah dan jurang di kiri-kanan jalan.

Ketika sebagian besar warga berpesta cahaya, masih banyak rakyat jelata yang hidup dalam dunia yang gelap gulita

Wakil Direktur UNDP Indonesia kala itu, Francine Pickup mengatakan, pengadaan PLTMH merupakan bukti nyata pertama kerja sama UNDP dan BAZNAS dalam pembiayaan inovatif zakat untuk pembangunan berkelanjutan. “Akses terhadap energi listrik ini dapat mendukung pengentasan kemiskinan dan menyejahterakan masyarakat dalam rangka pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin satu yaitu 'bebas kemiskinan', dan nomor tujuh yakni 'energi bersih dan terjangkau'," ujar dia.

Akhirnya, seluruh PLTMH di Desa Ngaol, Air Liki dan Air Liki Baru, Kecamatan Batang Tabir Barat, Kabupaten Merangin; dan Desa Lubuk Bangkar, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, diresmikan bersama oleh Ketua BAZNAS, Prof. Dr. Bambang Sudibyo; Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Prof. Bambang Brojonegoro; Deputy Country Director UNDP Indonesia, Shopie Kemkhaze; Gubernur Jambi, Fachrori Umar; dan Bupati Sarolangun, Cek Endra, pada 5 September 2018.

Pemadaman total mengingatkan bangsa ini pada buku populer RA Kartini, "Habis Gelap Terbitlah Terang". Sebuah pembelajaran agar kejadian serupa tak terulang lagi dan bisa diantisipasi dan ditangani dengan baik.

Bahwa mesti ada cahaya setelah gelap gulita. Karena kelam sering melahirkan dendam sebagaimana gelap kerap menuai ratap. Kelam dunia yang merambah kelam hati dan gelap kalbu yang memacu gelap mata.

Dan ternyata bukan surat-surat kepada para sahabatnya di Eropa yang dibukukan J.H. Abendanon dengan judul "Door Duisternis Tot Licht", yang membuat Kartini mendapatkan pencerahan.

Tapi karya yang diterbitkan pada 1911 dan mengalami lima kali cetak saat itu, terdapat lampiran tulisan Sang Raden Ajeng yang merujuk ayat Al-Quran yang berbunyi min al-zhulumati ila al-nur: "dari kegelapan menuju  cahaya". Inilah yang menginspirasi pemberian judul buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" (Gomuslim.co.id, 19/4/2016).

Dalam Alquran, kalimat itu disebutkan sebanyak tujuh kali pada enam surah, yaitu al-Baqarah: 257, al-Maidah: 16, Ibrahim: 1 dan 5, al-Ahzab: 43 , al-Hadid: 9, dan al-Thalaq: 11. Kebalikan konsep ini adalah min al-nur ila al-zhulumat ("dari cahaya menuju kelam") yang dibahas hanya sekali pada Surah al-Baqarah: 257.

Dan akhir kata, kembali ke paragraf awal: sebuah peribahasa terkenal dunia yang pernah dikutip Presiden AS John F Kennedy dalam pidatonya, dan saat menjabat Mendikbud, Gubernur DKI, Anies Baswedan menggunakannya sebagai tagline dalam program Indonesia Mengajar:

"It's better to light a candle than curse the darkness"

“Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan”.

Semoga gerakan zakat mampu menjadi peredam kemarahan mereka yang menyimpan "dendam" karena karam dalam kelam. Amin ya Rab al-'alamin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement