Jumat 09 Aug 2019 01:12 WIB

Pengemudi Angkutan Daring Keluhkan Perluasan Ganjil-Genap

Aturan ganjil-genap berlaku saat jam sibuk atau saat pengemudi banyak menerima order.

Rep: Febryan. A/ Red: Andri Saubani
Sejumlah kendaraan melintas di bawah rambu ganjil-genap di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (2/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan melintas di bawah rambu ganjil-genap di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah memutuskan untuk menambah 16 ruas jalan dalam sistem pembatasan kendaraan ganjil-genap di wilayah di Ibu Kota. Namun, perluasan yang akan mulai diterapkan pada 9 September mendatang itu mulai dikeluhkan oleh para pengemudi angkutan daring.

Salah seroang pengemudi mobil daring, Ilyas (46 tahun), mengatakan, penambahan 16 ruas jalan itu akan menyulitkannya ketika mengantarkan penumpang. Terlebih, pembatasannya berlaku saat jam sibuk.

"Kan pagi dan sore itu orderan yang banyak," kata Ilyas ketika ditemui Republika di Jalan Gunung Sahari, Jakarta, Kamis (8/8).

Perluasan sistem ganjil-genap sekarang tak hanya menambah ruas jalan, tapi juga waktu penerapan. Sistem yang ditujukan untuk mengantisipasi kemacetan itu akan diterapkan mulai hari Senin hingga Jumat setiap pukul 06.00 WIB-10.00 WIB dan 16.00 WIB-21.00 WIB. Sebelumnya hanya hingga pukul 20.00 WIB.

Adapun, 16 ruas jalan yang baru ditambahkan adalah Jalan Pintu Besar Selatan, Jalan Gajah Mada, Hayam Wuruk, Majapahit, Sisingamangaraja, Panglima Polim, Fatmawati, Suryopranoto, Balikpapan, Kyai Caringin, Tomang Raya, Pramuka, Salemba Raya, Kramat Raya, Senen Raya, dan Gunung Sahari. Penambahan 16 jalan ini menjadikan ruas jalan yang diterapkan ganjil-genap sebanyak 25 ruas.

"Apalagi sekarang udah hampir semua jalan yang dipakai ganjil-genap, ya mau gimana lagi cara kita bekerja. Kan kita hidup dari jalan," kata Ilyas melanjutkan.

Ilyas mengaku, satu-satunya cara untuk mengatasi perluasan itu adalah dengan melewati jalan pintas. Namun, upaya seperti itu, menurut dia, akan membuat para penumpang enggan untuk menaiki mobil daring.

"Jadinya kan lama waktu tempuhnya. Apalagi masuk jalan-jalan kecil," terang dia.

Pengemudi mobil daring lainnya, Darussalam (50), juga mengeluhkan hal serupa. Ia yakin, jumlah penumpang dan penghasilannya akan menurun drastis ketika perluasan ganjil-genap mulai diterapkan.

"Kalau ganjil-genap kemarin kan cuma di pusat saja. Nah, kalau sekarang ini sudah hampir setengahnya Jakarta loh, yang pakai ganjil-genap," ujar Darussalam.

Dia pun merasa perluasan ganjil-genap oleh Pemprov DKI tidak sama sekali mempertimbangkan nasib para pengemudi daring. "Kalau orang kaya yang mobilnya banyak bisa gonta-ganti sesuai tanggal. Tapi kalau kita kan mobil cuma satu buat cari nafkah, kredit pula," ungkapnya.

Meski demikian, Darussalam mengaku akan melihat terlebih dahulu perkembangan rencana perluasan ganjil-genap tersebut. Pasalnya, perluasan ini masih dalam masa sosialisai mulai dari 7 Agustus hingga 8 September mendatang.

Dia pun berharap Pemrov DKI agar melakukan evaluasi terkait perluasan ini. "Tapi kalau ternyata tetap diterapkan, kita bersama-sama pengemudi daring lainnya akan demo," kata Darussalam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement