Kamis 08 Aug 2019 20:31 WIB

Pemadaman Api di Puncak Ciremai akan Gunakan Water Bombing

219 personil dikerahkan untuk pemadaman api di Puncak Ciremai.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah petugas gabungan berusaha memadamkan api yang membakar kawasan hutan di lereng Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, Rabu (3/10).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Sejumlah petugas gabungan berusaha memadamkan api yang membakar kawasan hutan di lereng Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Kebakaran di puncak Gunung Ciremai semakin meluas, Kamis (8/8). Rencana skenario pemadaman api dengan menggunakan heli water bombing pun mulai disiapkan.

"Kami sudah lakukan survei dan koordinasi untuk persiapan dan pengkondisian rencana skenario pemadaman dengan menggunakan heli water boombing," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, Kamis (8/8).

Baca Juga

Agus menyatakan, rencana skenario penggunaan heli water bombing itu di antaranya menyangkut rencana landing pesawat heli di Palutungan dan lapangan bola Cigugur. Selain itu, rencana skenario lain yang disiapkan adalah mengenai pengambilan air di Waduk Darma, Kabupaten Kuningan.

Agus menyatakan, hingga Kamis (8/8) petang, api masih menyala dan menyebar ke arah timur dan angin bertiup ke arah utara. Penanganan pemadaman secara manual pun masih terus dilaksanakan.

"Personil yang terlibat dalam penanganan kebakaran hutan ini mencapai 219 orang dari berbagai unsur," ujar Agus.

Terpisah, Humas Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC), Agus Yudhantara, menjelaskan, pihaknya saat ini memang sedang mempertimbangkan kemungkinan mendatangkan pesawat water bombing untuk mengatasi kebakaran.

‘’Untuk saat ini, petugas gabungan masih melakukan pemadaman secara manual dengan menggunakan peralatan tangan seperti golok, cangkul, dan gepyok untuk membuat sekat bakar dan pemadaman langsung,’’ ujar Agus Yudhantara.

Agus Yudhantara mengatakan, lokasi kebakaran hutan berada pada ketinggian 2.600 mdpl. Akibatnya, lokasi kebakaran sulit dijangkau oleh peralatan pemadam seperti “jet shooter” dan mesin pompa air. Apalagi, kebakaran berada pada medan terjal, curam, dan tak tersedia sumber air.

Kondisi itu diperparah dengan arah angin yang terus berubah seingga memicu meluasnya kebakaran hutan. Angin juga menyebabkan loncatan bara api dari vegetasi tumbuhan yang sudah terbakar ke vegetasi yang belum terbakar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement