Rabu 07 Aug 2019 21:59 WIB

PRSSNI Siapkan Terobosan Jaga Eksistensi Radio Swasta

Salah satu kekuatan radio swasta itu berada di industri musik.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Erick Thohir (berbatik merah) menghadiri Musyawarah Daerah ke-18 PRSSNI Jatim di Surabaya, Rabu (7/8).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Erick Thohir (berbatik merah) menghadiri Musyawarah Daerah ke-18 PRSSNI Jatim di Surabaya, Rabu (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Erick Thohir mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan terobosan-terobosan untuk menjaga eksistensi radio swasta di Indonesia. Salah satunya dengan membuat tim yang akan menggalakan lomba cipta lagu.

Lagu-lagu yang diciptakan, nantinya dikolaborasikan dengan industri musik. "Kita sedang membuat tim, akan menggalakkan lagi lomba cipta lagu radio yang dulu terpusat, sekarang per radio. Jadi masing-masing radio akan mengumpulkan pencipta lagu yang nanti, bisa kita sinergikan dengan industri musik," ujar Erick, saat menghadiri Musyawarah Daerah ke-18 PRSSNI Jatim di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/8).

Ia berpendapat, salah satu kekuatan radio swasta itu berada di industri musik. Maka dari itu, industri radio swasta harus terus bisa melahirkan entrepreneur, dalam hal ini pemusik. Dengan adanya pemusik baru, Erick juga berharap, lagu Indonesia tetap menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.

"Kita jangan terlalu kebarat-baratan terus. Industri film mulai meningkat, industri lagu Indonesia juga harus kita jaga," ujar Erick.

Saat ini, kata dia, radio swasta yang tergabung di PRSSNI mulai menyesuaikan dengan perkembangan dunia digital. Di mana, radio-radio swasta mulau melakukan siaran secara digital, dan tidak hanya analog. Terobosan seperti ini, kata Erick Thohir, juga akan terus didorong.

Erick juga tidak setuju jika industri radio disebut mulai ditinggalkan pendengar di era digital ini. Menurutnya, industri radio masih tetap diminati masyarakat. Dimana berdasarkan penelitian, meskipun posisinya berada di bawah televisi, tetapi masih tetap mendapatkan tempat di masyarakat.

"Saya rasa tidak (radio ditinggalkan). Dari hasil riset, nomor satu itu televisi dengan rata-rata ditonton empat jam per hari. Radio itu masih 2 jam 16 menit per hari. Kalau bilang kalah, enggak juga. Justru kita harus bersama-sama berinovasi," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement