REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Saifullah Yusuf yang biasa disapa Gus Ipul mengatakan, KH Maimun Zubair atau Mbah Moen istimewa karena dia selalu menjadi yang terdepan dalam menghormati perbedaan.
Gus Ipul mengatakan, sebagian tokoh kerap berusaha mematikan perbedaan, namun Mbah Moen selalu konsisten merawat dan menghormati perbedaan.
"Beliau sangat istimewa sebab selalu terdepan menghormati perbedaan," katanya kepada wartawan di Surabaya, Selasa (6/8).
Ulama kharismatik KH Maimoen Zubair asal Rembang, Jawa Tengah, wafat di Mekkah, Arab Saudi, pada pukul 04.17 waktu setempat. Pemimpin Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, itu merupakan tokoh senior di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang posisi kehormatan sebagai Muhtasyar NU.
Ia mencontohkan, ketika Gus Dur dan Gus Mus mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Mbah Moen konsisten di Partai Persatuan Pembangunan namun tetap menjaga silaturahim dengan mereka.
Saat terjadi ketegangan di wilayah Jawa Tengah pada awal pendirian PKB, ia melanjutkan, Mbah Moen mampu mendinginkannya. "Antara PKB dan PPP sempat panas, tapi Mbah Moen bisa menyejukkannya," kata Gus Ipul, Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2009--2019.
Gus Ipul, yang juga keponakan Gus Dur, mengatakan bahwa wafatnya Mbah Moen telah membawa duka mendalam bagi seluruh kalangan dan mengajak umat untuk mendoakan keselamatan ulama itu di akhirat.
"Ada peribahasa Arab, Mautul 'Alim Mautul 'Alam, meninggalnya orang alim adalah seperti matinya alam. Kalau alam mati berarti alam dalam kegelapan," tuturnya.
Gus Ipul, yang dalam berbagai kesempatan kerap bertemu dan mengunjungi Mbah Moen di Rembang juga mengatakan bahwa tidak banyak ulama di negeri ini yang alim dan memiliki keilmuan luas seperti Mbah Moen. "Beliau ini alim, ber-akhlakkul karimah (berakhlak mulia), selalu istiqomah memintarkan ribuan santri dan sangat ahli silaturahim," katanya.