Selasa 06 Aug 2019 16:34 WIB

Rektor UIN Kalijaga tak Terima Pernyataan Menristekdikti

Yudian menilai pernyataan Menristekdikti soal profesor tua tidak beretika.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Teguh Firmansyah
Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka)  Yogyakarta, Yudian Wahyudi.
Foto: Humas UIN Sunan Kalijaga
Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta, Yudian Wahyudi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rektor Universitas Islam Negeri  Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta, Yudian Wahyudi menyayangkan dan mengkritik pernyataan Menristekdikti, Mohamad Nasir. Ia tidak terima dengan ucapan M Nasir yang menyebut manfaat 'profesor tua' kecil untuk negara.

Yudian menyebut, pernyataan tersebut tidak seharusnya diucapkan oleh Menristekdikti yang juga merupakan akademisi. Menurut Yudian, pernyataan tersebut tidak beretika.

Baca Juga

"Saya sedang mengritik Menristekdikti yang mengatakan kalau profesor tua itu manfaatnya untuk negara kurang. Ini sangat berbahaya. Ini statemen tidak beretika," kata Yudian dalam bedah buku "Rekonstruksi Peradaban Islam Perspektif Prof. KH. Yudian Wahyudi" di UIN Suka, Senin (5/8).

Ia mengatakan, semakin tua seorang profesor akan kian dibutuhkan untuk membantu Indonesia menjadi negara besar. Pernyataan tersebut, lanjutnya, membuktikan M Nasir tidak mengerti akan sifat ilmu. "Dia tidak mengerti kalau ilmu itu semakin tua semakin tinggi," ujar Yudian.

Yudian pun mencontohkan saat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Tanpa perjuangan dan jasa orang tua, kemerdekaan Indonesia tidak akan bisa diproklamasikan. "Kalau proklamasi meleset, mundur (Indonesia merdeka) 300 tahun mendatang. Kecermatan ini tidak dimiliki anak-anak muda," lanjutnya.

Ia menceritakan, Presiden Sukarno kala itu meminta pendapat dan doa dari sesepuh salah satunya KH Hasyim Asy'ari. Sehingga, Indonesia punya strategi untuk tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Merdekanya Indonesia, lanjut Yudian, bukan karena Indonesia memiliki teknologi militer yang canggih. Namun, karena ketajaman pemikiran sesepuh bangsa kala itu."Tapi ternyata dengan tanpa teknologi militer, kita bisa merdeka dan besarnya (Indonesia) seperti ini.  Itu jasa siapa, jasa orang-orang tua," tegas Yudian.

Yudian pun tidak mempermasalahkan pemerintah yang terus gencar mempersiapkan profesor muda. Namun, bukan berarti profesor tua tidak memiliki kontribusi untuk negara. "Pemerintah tidak perlu tergesa-gesa. Doktor diusia 30 tahun bagus, planning-nya juga bagus. Tapi jangan menyebut yang tua kurang manfaat buat negara," kata Yudian dengan kesal.

Karena tidak terima, Yudian pun menantang M Nasir. Ia pun mengaku akan berhenti jadi rektor jika tantangannya tersebut berhasil dilakukan M Nasir. "Saya tantang betul demi republik, bukan demi Yogya. Kalau M Nasir lebih dulu terbit di jurnal dalam bidang masing-masing, jurnalnya lebih hebat dan pengaruhnya lebih hebat dari saya, saya turun dari rektor," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement