Selasa 06 Aug 2019 14:39 WIB

Merapi Muntahkan 34 Lava Pijar Dua Hari Terakhir

Aktivitas guguran lava pijar itu belum terlihat menurun.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Aktivitas Gunung Merapi.
Foto: Antara.
Aktivitas Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas guguran lava pijar Gunung Merapi tercatat sedang tinggi. Bahkan, tidak kurang 34 guguran lava pijar sudah dikeluarkan Gunung Merapi selama 48 jam terakhir saja.

Catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) sebenarnya menunjukkan aktivitas lava pijar rendah pada awal Juli. Namun, naik drastis sejak Ahad (4/8) lalu.

Pasalnya, selama tiga hari pertama, 1-3 Juli, Gunung Merapi hanya memuntahkan masing-masing tiga guguran lava pijar. Itupun, tanpa ada aktivitas guguran awan panas yang terjadi.

Sebab, pada Ahad, tidak cuma guguran lava pijar, Gunung Merapi turut mengeluarkan guguran awan panas. Hari itu, tidak kurang tiga awan panas dimuntahkan ke arah hulu Kali Gendol.

Bahkan, BPPTKG mencatat, ada lebih dari satu lava pijar terjadi tiap enam jam periode pengamatan. Sepanjang 4-5 Agustus 2019, setidaknya sudah ada 34 guguran lava pijar dimuntahkan Gunung Merapi.

Angka itu terdiri dari total 19 guguran lava pijar yang terjadi pada Ahad dan 15 guguran yang terjadi sepanjang Senin. Dari 34 guguran itu memang tidak ada yang jarak luncurnya melebihi 1.000 meter.

Selama dua hari, guguran lava pijar dengan jarak luncur terdekat terjadi pada Ahad dini hari dengan jarak 450 meter. Sedangkan, guguran terjauh terjadi pada Senin siang dengan 1.000 meter.

Aktivitas guguran lava pijar itu belum terlihat menurun. Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Lasiman melaporkan, guguran lava pijar kembali terjadi pada Selasa (6/8) pagi.

"Dari CCTV teramati guguran lava ke hulu Kali Gendol satu kali jarak luncur 650 meter," kata Lasiman, Selasa (6/8).

Cuaca dilaporkan cerah, dengan angin bertiup lemah-sedang ke arah timur laut dan barat. Suhu udara 10-15,8 derajat celcius, kelembaban 16-78 persen dan tekanan udara 628-709,8 milimeter merkuri.

Selama periode pengamatan 00.00-06.00 WIB, terjadi pula dua gempa guguran dengan amplitudo 3-15 milimeter dan durasi 30,2-65,36 detik. Secara visual, asap kawah turut teramati berwarna putih.

"Dengan intensitas (hingga Selasa pagi) tipis dan tinggi 30 meter di atas puncak kawah," ujar Lasiman.

BPPTKG masih menetapkan status level II atau waspada kepada Gunung Merapi. Status itu sudah bertahan lebih dari satu tahun sejak ditetapkan pada 21 Mei 2018.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, masih merekomendasikan area dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi agar tidak ada aktivitas manusia. Baik itu aktiviats penduduk maupun pendakian.

Namun, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius tiga kilometer dari puncak. Selain itu, BPPTKG meminta masyarakat turut mewaspadai bahaya lahar. "Terutama, saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi," kata Hanik.

Meski begitu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menekankan jika objek-objek wisata sekitar Gunung Merapi masih aman dikunjungi. Walaupun, jelas kewaspadaan harus tetap tinggi.

Terlebih, lantaran sudah terjadi beberapa kali awan panas yang jarak luncurnya semakin jauh. BPBD DIY meminta masyarakat yang tinggal di alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.

Selain masyarakat luas, imbauan diberikan khususnya kepada penduduk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. Terutama, agar mewaspadai bahaya lahar yang mungkin terjadi.

Meski begitu, masyarakat diminta tidak perlu panik jika terjadi hujan abu. Cukup lakukan tindakan antisipasi seperti memakai kaca mata dan masker, serta menutup sumber air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement