REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengungkapkan hanya 25 persen menara pemancar selular atau BTS yang beroperasi saat terjadi gangguan listrik pada Minggu (4/8) di kawasan Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Menkominfo menjelaskan setelah listrik PLN mati, jika BTS memiliki penyimpan daya atau UPS, maka akan sanggup bertahan hingga tiga atau empat jam.
"Setelah itu mati, ada kurang lebih 25 persen yang dapat bertahan hidup dan itu bukan hanya di Jakarta saja, tapi dia berpencar di mana-mana," katanya di Jakarta, Senin (5/8).
Ia menyebutkan, ketika listrik PLN mati, BTS di pusat layanan operator tidak mati karena operator menggunakan mesin generator (genset) untuk menghidupkan BTS. Selain itu, kata Rudiantara, BTS di gedung-gedung dan mal yang mengoperasikan genset juga tidak mati.
"Makanya kemarin banyak yang ke mal kan, buat ngadem dan khusus buat WA," katanya.
Ia mengakui pemadaman listrik PLN menyebabkan kerugian bagi sektor telekomunikasi khususnya selular. Ia menyebutkan pendapatan satu tahun sektor telekomunikasi mencapai sekitar Rp 60 triliun hingga Rp 70 triliun. Jika pendapatan satu tahun sebesar Rp 60 triliun-Rp 70 triliun dibagi 360 maka dapat terhitung potensi kerugian per harinya.
"Saya nggak menghitung ya , tapi kalau hitung kurang lebih Rp 60-70 triliun satu tahun dibagi 360 kan sehari berarti Rp 200 miliar, 200 kali katakanlah kemarin berapa jam itu," katanya.
Mengenai ojek daring yang mengeluhkan gangguan itu, Rudiantara mengatakan dampaknya memang masif. "Bukan hanya aplikasi yang mati tapi semuanya, sudah pasti selular juga mati, dan banyak industri lain pada mati," katanya.