REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menyatakan keinginannya untuk bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI. Kerja sama itu dalam bentuk kegiatan pembinaan kesadaran bela negara.
"Pertama silaturahim, kami saling tukar pendapat dan sharing menghadapi masa depan negara. Yang kedua, bagaimana kami membuat kerja sama dalam rangka bela negara," ujar Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (3/8).
LPOI terdiri dari 14 ormas Islam. Ke-14 ormas Islam itu, yakni NU, Al Irsyad Al Islamiyah, Persis, Ittihadiyah, Matlaul Anwar, Arrobitoh Al Alawiyah, Al Wasliyah, Syarikat Islam Indonesia, Perti, Ikadi, Azzikra, PITI, Dewan Da'wah, serta Himpunan Bina Muallaf.
Said Aqil mengatakan, bela negara dan kegiatan pendidikannya merupakan hal yang sangat penting pada era saat ini. Menurutnya, itu karena tantangan yang ada sudah di depan mata dan yang menjadi ancaman nyata bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Penguatan nilai-nilai bela negara kepada masyarakat sangat tepat untuk menangkal ancaman idelogi asing, baik dari dalam maupun luar yang bertentangan dan mengancam ideologi Pancasila. Kita harus pertegas, yang paling penting kita harus usir ideologinya, harus kita tolak," jelas Said Aqil.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyampaikan, ancaman nyata saat ini adalah terorisme dan radikalisme, serta ancaman terhadap pola pikir bangsa. Ancaman pola pikir itu berupa ancaman terhadap ideologi Pancasila yang dapat membahayakan keutuhan NKRI.
Ancaman tersebut, kata Ryamizard, tidak dapat diatasi dengan senjata atau secara militer karena keberhasilannya hanya satu sampai lima persen. Menurut dia, obat yang paling tepat adalah dengan pertahanan rakyat semesta yang dilaksanakan melalui bela negara. "Menghancurkan ancaman ini tidak boleh dengan senjata, harus seluruh rakyat, karena 99 persen keberhasilan dengan melibatkan rakyat. Maka bela negara tepat di sini," tegasnya.