Sabtu 03 Aug 2019 06:00 WIB

Ini Alasan Megawati Pilih Ahok, Bukan Risma di Pilgub DKI

Perubahan dukungan ke Ahok tak terlepas dari instruksi Megawati.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Teguh Firmansyah
Megawati Soekarnoputri
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi PDIP, Aria Bima, mengungkapkan alasan Megawati Soekarnoputri memutuskan mengusung Basuki Tjahaja Purnama (BTP) di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Menurut dia, Megawati berpandangan bahwa parpolnya berusaha terus menjaga narasi kerakyatan. 

Menurut Aria, narasi besar yang berkembang di masyarakat tidak mendukung iklim kebangsaan. "Dalam suasana sosial dan politik kita ada kecenderungan ruang publik di masyarakat dan media tidak memberikan iklim kebangsaan yang meyakinkan," ujar Aria usai mengisi diskusi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (2/8).

Baca Juga

Narasi tersebut menyangkut menguatnya faktor ortodoks keagamaan sehingga berpengaruh kepada kondisi sosial kehidupan beragama di Indonesia. Kondisi itu terutama berdampak kepada daerah Indonesia bagian timur. 

"Itu adalah problem kebangsaan yang kalau tidak ada parpol yang secara kuat mengatasinya, maka potensi disintegrasi bangsa semakin menguat, " lanjut Aria.

Proses Pilkada DKI Jakarta 2017 pun tidak lepas dari hal tersebut. Saat itu, ungkap Aria, internal PDIP sendiri cenderung lebih mendukung Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini maju untuk Pilkada DKI.   "Justru ada kecenderungan BTP tidak didukung PDIP.  Dan kemudian, dalam waktu singkat berbalik didukung oleh PDIP," ungkapnya. 

Perubahan arah dukungan itu, kata dia, tidak lepas dari instruksi Megawati. Karena ada tendensi faktor primordial menjadi dorongan untuk memilih dalam pilkada.

"Bagaimana waktu itu ideologi diwujudkan dalam sikap politik praktis. Sementara itu, kami percaya proses regenerasi di lapis dua membanggakan karena muncul kepala-kepala daerah (yang potensial)," tegasnya. 

Sebagaimana diketahui, dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, BTP dan Djarot Syaiful Hidayat diusung oleh PDIP,  Nasdem, Golkar dan Hanura. Dua parpol lain, yakni PSI dan PKPI menjadi pendukung paslon pejawat itu.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement