REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berharap agar rencana perekrutan rektor dari luar negeri tidak dimaknai sebagai tindakan yang tidak menjaga dan merawat nasionalisme. Pemerintah tetap komitmen menjunjung tinggi nasionalismen.
"Pertanyaan saya negara-negara lain yang rektornya dari negara asing apakah terus dia akan jadi liberal? Kan tidak juga, nasionalisme tetap dijaga, kebangsaan tetap harus dijaga, tapi dalam hal ini supaya jadi lebih baik," kata Menteri Nasir kepada wartawan di Gedung Ristekdikti, Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan perlu ada perubahan pola pikir dalam memandang rencana pemerintah. Rencana itu semata-mata bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan sumber daya manusia Indonesia.
"Sekarang kita mencoba melakukan perubahan mindset (pola pikir), harus membuka diri, jangan menutup diri supaya kita menjadi perguruan tinggi yang masuk di kelas global dan menghasilkan sumber daya manusia berkualitas," tuturnya.
Menteri Nasir mencontohkan King Fahd University of Petroleum and Minerals di Arab Saudi berhasil mendongkrak peringkat perguruan tinggi di kelas dunia. Salah satu strategi untuk menaikkan peringkat tersebut adalah mempekerjakan tenaga ahli asing.
Sebelum 2005, King Fahd University of Petroleum and Minerals masuk pada peringkat 800 besar dunia, namun sekarang bisa bergerak maju sampai peringkat 189 besar dunia menurut QS World University Rankings.
"Ternyata dosen-dosennya dan pejabatnya hampir 40 persen dari asing. Bagaimana kita mengambil best practice(praktik) dari negara lain yang punya hal yang sama," tuturnya