REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mengaku pasrah menghadapi kekeringan. Mereka tak bisa berbuat banyak serta khawatir bila terjadi gagal panen. Kekeringan ini adalah dampak musim kemarau panjang yang berlangsung sejak Juni lalu.
"Kita yakin, satu pekan ke depan tanaman padi mati karena kekeringan," kata Asnawi (50), seorang petani Desa Sukamanah Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, kepada Antara, Rabu (31/7).
Hamparan tanaman padi seluas 1,5 hektare itu berusia tanam antara 20-40 hari. Kini, semua itu mengalami kekeringan akibat kemarau panjang.
Sementara itu, pasokan air untuk mengaliri puluhan hektare sawah dari Sungai Cidengdong juga mengalami dampak kekeringan.
"Kita satu-satunya pengairan itu dari sungai. Jika sungai mengering tentu tidak bisa dilakukan penyedotan air ke persawahan," katanya menjelaskan.
Menurut Asnawi, dirinya bersama para petani lainnya terpaksa pasrah. Sebab, tanaman padi milik mereka yang siap dituai pada Oktober-September mendatang dipastikan gagal panen.
Selama ini, tanaman padi di wilayahnya itu dalam kondisi tidak terawat akibat kekeringan. Bahkan, tanah di petak-petak sawah tampak kering kerontang dan terbelah.
Selain itu, di antara tanaman padi juga terdapat gulma sehingga mengakibatkan padi tidak tumbuh dan bahkan mati."Kekeringan ini kami mengalami kerugian biaya produksi sekitar Rp10 juta dari luas 1,5 hektare," ungkap Asnawi.
Nasib serupa dialami pula oleh Amin (55), seorang petani di Desa Cisangu Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak. Dia mengaku pasrah setelah melihat tanaman padi miliknya mengalami kekeringan akibat mengeringnya pasokan air dari Irigasi Cisangu.
Petani menunjukkan padi gagal panen akibat kekeringan di Desa Ketapang, Lebak, Banten, Kamis (27/6/2019).
Kekeringan ini, lanjut Amin, tidak bisa diatasi dengan pompanisasi karena tak adanya potensi sumber air lain. "Kami merasa bingung, kekeringan ini dapat menimbulkan gagal panen," ujar dia.
Berdasarkan data di Posko Kekeringan Dinas Pertanian dan Perdagangan (Distanbun) Kabupaten Lebak tercatat seluas 2.247 hektare mengalami kekeringan. Itu terdiri atas seluas 1.538 hektare mengalami kekeringan kategori ringan, seluas 434 hektare mengalami kekeringan sedang, sedangkan seluas 282 hektare mengalami kekeringan berat.
Sementara itu, angka tanam hingga Juli 2019 mencakup seluas 8.838 hektare. "Kami terpaksa membuka posko kekeringan itu, karena terjadi di 18 kecamatan. Kami tetap mengoptimalkan bantuan pompanisasi bagi areal persawahan yang memiliki potensi sumber air dari sungai maupun embung atau bendungan," tutur Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Itan.