REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Kekeringan yang terjadi di wilayah Kabupaten Banyumas, menyebabkan cukup banyak areal sawah mengalami puso. Data yang diterima Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Dan Penataan Ruang (DPU SDA Taru) Jateng dari kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) di wilayah Banyumas selatan, hingga sampai 22 Juli 2019 tercatat da sebanyak 322,5 hektare sawah yang mengalami puso.
''Sawah seluas itu yang dilaporkan puso tersebut, hanya untuk wilayah Banyumas selatan seperti Kecamatan Sumpiuh, Kemrajen dan Tambak. Sebagian besar sawah di wilayah tersebut, sumber pengairannya berasal dari irigasi teknis dari saluran induk Serayu,'' kata Kepala Dinas PU SDA Taru Jateng, Eko Yunianto, Rabu (31/7).
Selain yang sudah dipastikan puso, Eko juga menyebutkan masih ada areal sawah yang terancam kekeringan. Luas lahan yang terancam kekeringan, mencapai sekitar 2.171 hektare. Luas areal yang terancam kekeringan ini hampir mencapai separuh dari luas areal sawah yang ditanam.
Berdasarkan data, luas areal sawah yang ditanam pada musim tahun 2019 ini, mencapai sekitar 4.762,7 hektare. Itu pun tidak mencakup seluruh areal sawah yang ada, mengingat ada petani yang tidak menanami sawahnya karena terlambat tanam.
Untuk mengatasi kekeringan lahan sawah ini, Eko menyebutkan, di beberapa wilayah sebenarnya sudah diupayakan pengairan yang berasal dari sumber lain. Antara lain dengan memalukan pompanisasi air sungai yang dialirkan ke sawah-sawah, dan juga pembuatan sumur pantek.
''Namun mengingatkan luasnya areal sawah yang harus diairi dan terbatasnya sumber air, menyebabkan upaya tersebut tidak mampu menyelamatkan seluruh areal sawah yang ada," kata dia.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Banyumas Widarso, sebelumnya mengakui pengeringan saluran irigasi yang bersumber dari Bendung Gerak Sungai Serayu per 1 Juli 2019 lalu, akan berdampak pada areal pertanian di wilayah Banyumas selatan. Antara lain, sawah yang berada di wilayah Kecamatan Tambak, Sumpiuh, Kemranjen dan Kebasen.
''Di empat wilayah kecamatan itu, luas areal sawahnya mencapai sekitar 6.000 hektare,'' katanya.
Saat pengeringan dilakukan, Widarso menyebutkan, usia tanaman padi di wilayah itu masih berkisar antara 15 hingga 60 hari. ''Masih cukup lama membutuhkan pasokan air mengingat usia tanaman padi mulai tanam hingga panen mencapai 90-95 hari,'' jelasnya.
Untuk menelamatkan tanaman padi, dia mengaku telah menyiapkan ratusan pompa air yang bisa digunakan untuk menyedot air dari aliran sungai di sekitar sawah. Namun bila debit air sungai juga semakin kering, pihaknya akan mengupayakan pengadaan sumur pantek.