Senin 29 Jul 2019 19:14 WIB

Duta Damai 'Imunisasi' Pelajar dari Penyebaran Radikalisme

Para pelajar ini juga bisa melakukan imunisasi terhadap kawannya dan keluarganya.

Duta Damai Goes to School di Manado, Sabtu (27/7).
Foto: dokpri
Duta Damai Goes to School di Manado, Sabtu (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Generasi muda adalah target utama penyebaran radikalisme dan terorisme. Karena itu, generasi muda harus dilindungi dari serangan ideologi-ideologi transnasional tersebut. 

Fakta itulah yang membuat Duta Damai Dunia Maya melalui Pusat Media Damai (PMD) terus bergerak membangun jaringan dan kekuatan untuk membuat kontranarasi dalam menghadapi penyebaran radikalisme dan terorisme, khususnya di dunia maya.

Salah satu program Duta Damai Dunia Maya adalah Duta Damai Goes to School. Program ini menyasar anak muda dari kalangan pelajar dengan memberi pengetahuan dan pemahaman tentang penyebaran radikalisme dan terorisme. Tujuannya untuk mencegah dan memberikan imunitas agar mereka tidak terpapar paham negatif tersebut, terutama melalui aktivitas di dunia maya.

“Hari ini adik-adik pelajar SMA ini kita lakukan imunisasi tanpa harus disuntik. Ini imunisasi secara spiritual. Ada yang bisa dilakukan dengan narasi dunia maya atau dengan offline seperti Goes to School ini,” ujar Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Hamli, saat membuka Duta Damai Goes to School di Manado, akhir pekan lalu.

Hamli berharap, setelah mengikuti program ini, para pelajar ini juga bisa melakukan imunisasi terhadap kawannya dan keluarganya, baik melalui dunia maya maupun nyata.

Duta Damai Goes to School diikuti 160 pelajar SMA dan sederajat kota Manado dan dilaksanakan oleh Duta Damai Dunia Maya Sulut. Tidak hanya memberikan imunisasi radikalisme dan terorisme, kegiatan ini juga menggelar lomba video pendek 1 menit.

Pada kesempatan itu, Hamli banyak memberikan pemahaman tentang apa itu terorisme. Ia menjelaskan bahwa di dunia ada dua kelompok organsiasi teroris besar yaitu Alqaidah dan ISIS. Proses terjadinya kedua kelompok itu berbeda, pun masanya juga berbeda. Alqaidah berdiri  di tengah isu perang dingin, komunisme dan kapitalisme, sementara ISIS memanfaatkan demokratisasi di Timur Tengah yang disebut Arab Spring.

ISIS ini, lanjut Hamli, isunya beda dengan Alqaidah. Isu pertama adanya perang akhir zaman, sehingga banyak orang di seluruh dunia datang ke Irak dan Suriah. Juga isu ingin mencari negara syariat.

“Yang harus digarisbawahi, ketika isu itu masuk di dunia maya, itu harus dicegah dan dilakuakn kontra narasi agar orang tidak termakan isu tersebut. Sekali lagi teman-teman harus memahami ini baik global maupun internasional,” jelas Hamli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement