Selasa 30 Jul 2019 12:40 WIB

Menpora Terima Kunjungan Mahasiswa Disabilitas Berprestasi

Prestasi Anjas merupakan wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Gita Amanda
Deputi pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, Asrorun Niam Sholeh
Foto: Istimewa
Deputi pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, Asrorun Niam Sholeh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) RI Asrorun Niam Sholeh, menerima kunjugan Anjas Pranomo mahasiswa berprestasi penemu lima aplikasi berbasis android. Niam menyampaikan rasa bangga dan apresiasinya atas kesungguhan Anjas mengembangkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.

“Pemerintah, khususnya Kemenpora, harus mendorong pemuda-pemuda berbakat untuk memaksimalkan keilmuanya bagi kemaslahatan masyarakat,” tutur Niam dalam keterangannya, Selasa (30/7).

Baca Juga

Menurutnya, prestasi Anjas merupakan wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pemuda berprestasi, kata Niam, harus didukung semua pihak khususnya pemerintah untuk menjadi teladan bagi pemuda lainnya.

Anjas diketahui tak hanya berprestasi dalam dunia akademik, mahasiswa semeter Mahasiswa semester 7 Jurusan Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer UB itu juga aktif di dunia organisasi. Anjas merupakan Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Brawijaya (UB).

Anjas memenangkan berbagai lomba melalui 5 aplikasi berbasis android buatannya. Salah satu aplikasi hasil rancangannya, Difodeaf (kamus bahasa isyarat) mendapatkan penghargaan berupa medali emas dari University of Malaysia tahun 2018.

Anjas juga membuat aplikasi Locable (Location for Difabel) yang digunakan para penyandang disabilitas untuk mengakses tempat-tempat yang ramah difabel. Aplikasi ketiga karya mahasiswa asal Kudus itu yaitu aplikasi jual beli disabilitas (jubilitas). Kemudian, aplikasi tentang transportasi dan pencarian guru ngaji. Semua aplikasi itu sangat bermanfaat bagi orang banyak.

Atas berbagai prestasi yang diraihnya, Anjas mendapatkan penghargaan sebagai YSEALI (Youth Southeast Asia Leadership Initiative). Ia direncanakan akan ke Gedung Putih Amerika Serikat pada 21 September 2019 untuk menerima undangan dari Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.

Sementara, Anjas menjelaskan membuat aplikasi tersebut karena berupaya untuk memerangi diskriminasi terhadap kaum disabilitas. Ia mengaku masih banyak perlakuan diskriminatif terhadap penyandang disabilitas.

"Bahkan saya pernah ditolak masuk sekolah menengah karena dianggap tidak mampu," ujar Anjas.

Anjas meyakini diskriminasi terjadi karena masyarakat tidak terbiasa menerima orang yang memiliki keterbatasan sejak usia dini. Oleh karena itu, aplikasi buatannya dirancang seperti game di Android yang bisa dimainkan oleh anak-anak sambil memahami bahasa isyarat.

"Harapannya, agar mereka familiar dengan keberadaan orang-orang difabel sejak kecil," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement