Selasa 30 Jul 2019 07:21 WIB

Nelayan Karawang Antusias Pungut Limbah Minyak

Nelayan dibayar Rp 200 ribu per hari dengan mengumpulkan 1 ton minyak.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Friska Yolanda
Nelayan Kabupaten Karawang, antusias menjadi pengumpul limbah minyak mentah di laut utara tersebut, Senin (29/7).
Foto: dok. TPI Cipucuk
Nelayan Kabupaten Karawang, antusias menjadi pengumpul limbah minyak mentah di laut utara tersebut, Senin (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Nelayan Kabupaten Karawang, yang terdampak pencemaran oil spill akibat eksplorasi di anjungan lepas pantai YY area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) sangat antusias menjadi relawan pemungut ceceran minyak. Mereka yang tidak bisa melaut ini dibayar Pertamina untuk mengumpulkan minyak yang tercecer.

Cakim (41 tahun) nelayan dari Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, mengatakan, sejak terjadi pencemaran minyak, hasil tangkapan nelayan turun drastis. Biasanya, bisa mendapatkan ikan atau udang 10-15 kilogram sehari. Saat ini ia hanya memperoleh hasil tangkapan satu sampai dua kilogram saja karena banyak ikan dan udang yang mati akibat pencemaran.

Baca Juga

"Ketimbang tidak melaut, lebih baik jadi relawan Pertamina untuk mengumpulkan minyak mentah ini. Sebab, kita butuh uang supaya dapur tetap ngebul," ujarnya, Senin (29/7).

Cakim menyebutkan, untuk relawan yang mengumpulkan oil spill dari lautan, dibayar Rp 200 ribu per harinya. Tetapi, pembayaran ini dalam kondisi kotor. Sebab, untuk makan, minum termasuk rokok, nelayan harus membeli sendiri.

Setiap hari, nelayan ditarget harus mengumpulkan 60 karung per perahunya. Adapun satu karung berkapasitas 20 kilogram. Jadi, dalam sehari nelayan harus mengumpulkan 1,2 ton minyak mentah per perahunya.

Untuk peralatan keselamatan, lanjut Cakim, telah disiapkan oleh Pertamina melalui pengelola tempat pelelangan ikan (TPI). Sebab, nelayan yang jadi relawan ini, harus terdata di TPI setempat.

"Sebelum ke laut, kita diberi baju keselamatan, masker, sarung tangan, sepatu, termasuk karung ada dua jenis, yakni karung plastik dan goni," ujarnya.

Manajer TPI Tunas Mandiri Cipucuk, Desa Pusakajaya Utara, Dodi Wahyu Wijaya, mengatakan, nelayan di wilayahnya diperbantukan untuk mengumpulkan tumpahan minyak mentah milik Pertamina ini, sejak empat hari yang lalu. Setiap harinya, ada empat perahu dengan lima nelayan yang mengumpulkan limbah minyak dari lautan.

"Kalau nelayan di desa kami, tidak ada yang kebagian memungut limbah di daratan. Semuanya, empat perahu atau 20 orang itu, mengumpulkan minyak mentah yang tercecer di permukaan air laut," ujarnya.

Akan tetapi, yang jadi relawan ini digilir. Setiap hari 20 orang. Mengingat, jumlah nelayan di Cipucuk ini ada 90 orang. Jika tak digilir, mereka akan protes. Sebab, mereka kesulitan mencari ikan sebagai imbas dari pencemaran tersebut.

Pertamina memberikan uang operasional sebesar Rp 1,7 juta per perahu. Setelah dihitung-hitung, per nelayan kebagian Rp 200 ribu sehari, dengan target mengumpulkan 60 karung minyak. Sisanya, untuk biaya pembelian BBM.

"Mereka senang jadi relawan. Apalagi, aktivitas mengumpulkan minyak mentah ini, tidak ada batas waktu sampai kapan," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement