Senin 29 Jul 2019 23:20 WIB

Pengamat Nilai Bamsoet Antitesis dari Airlangga

Ketidakpuasan kader daerah terhadap Airlangga karena dianggap terlalu eksklusif.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) dan Ketua DPR Bambang Soesatyo
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) dan Ketua DPR Bambang Soesatyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Said Salahudin memandang menguatnya sosok Bambang Soesatyo dalam bursa calon ketum Golkar lantaran yang bersangkutan dinilai sebagai antitesis dari figur Airlangga Hartarto. Bamsoet tampak lebih inklusif, egaliter dan akomodatif dalam berpolitik.

"Kenapa nama Bambang Soesatyo muncul dan menguat di dalam wacana Munaslub Partai Golkar, saya menduga karena Bamsoet dinilai oleh para kader Golkar sebagai antitesis dari Airlangga," kata Said dihubungi di Jakarta, Senin (29/7).

Baca Juga

Selama menjabat Ketua DPR, ia menilai, Bamsoet teruji membangun relasi politik di parlemen. "Bamsoet teruji membangun relasi politik diantara partai-partai politik di parlemen, dengan tetap mampu menjaga marwah dan kewibawaan Partai Golkar di hadapan partai-partai politik yang lain," kata dia.

Dia mengatakan belakangan banyak muncul suara-suara dari sebagian pengurus, tokoh, dan kader Golkar di berbagai daerah yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Airlangga Hartarto. Menurut Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) itu, ketidakpuasan kader daerah terhadap Airlangga boleh jadi lantaran Airlangga dianggap terlalu eksklusif.

Sikap eksklusif tersebut, kata dia, menimbulkan kekhawatiran sejumlah kader, bahwa Airlangga hanya akan mengusulkan calon menteri di kabinet mendatang dari orang-orang terdekatnya saja. "Sehingga menutup peluang bagi kader lain yang selama ini dianggap kritis dan kurang loyal pada dirinya. Padahal, tidak sedikit diantara mereka yang juga tidak diragukan kualitasnya," kata Said.

Sikap eksklusif itu kata dia, juga berpotensi menimbulkan iklim persaingan politik yang tidak sehat di internal partai itu. Di sisi lain, dia memandang ada keraguan para kader terhadap kemampuan Airlangga dalam memainkan peran politik Golkar, misalnya dalam lobi pemilihan Pimpinan MPR.

Hal tersebut mendorong sebagian kader mengusulkan percepatan Munas dengan agenda pemilihan Ketua Umum Partai Golkar yang baru, sebelum ditetapkannya susunan kabinet baru dan sebelum digelarnya pemilihan paket pimpinan MPR. Said berpandangan Munas Golkar dapat dilakukan sebelum Oktober, sehingga Bamsoet dan Airlangga dapat berkompetisi dalam pemilihan yang demokratis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement