REPUBLIKA.CO.ID, PARIAMAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pariaman, Sumatera Barat, mencatat tiga baterai sirene peringatan dini tsunami di daerah itu hilang selama periode Januari-Juni 2019. Saat ini, ada 19 sirene peringatan dini tsunami yang terpasang di wilayah Kota Pariaman.
"Ketiga baterai itu sudah kami ganti dengan yang baru sehingga sudah berfungsi kembali," kata Sekretaris BPBD Kota Pariaman Yunaidi di Pariaman, Jumat (26/7).
Pihak BPBD setempat telah berupaya agar baterai tersebut tidak hilang salah satunya dengan menitipkan kepada warga yang ada di lokasi namun tetap saja dicuri. Padahal, lanjutnya, baterai itu dibutuhkan untuk daya sirene guna memberitahukan warga bahwa pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mendeteksi potensi tsunami.
"Dengan alat ini warga bisa mengetahuinya dan segera menyelamatkan diri ke zona hijau atau tempat yang tinggi," katanya.
Pariaman memiliki 19 sirene peringatan dini tsunami yang terdapat di setiap desa yang berada di pesisir pantai Pariaman. "Sirene itu kami titipkan di rumah sekolah, mushalla, dan sejumlah lokasi lainnya," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Rahmat Triyono meminta masyarakat untuk memahami tingkatan kebencanaan peringatan tsunami. "Ada tiga tingkatan peringatan tsunami yaitu waspada, siaga, dan awas," kata dia pada Sekolah Lapang Geofisika di Pariaman, Rabu (19/6).
Ia menyampaikan masyarakat dapat meminimalisir potensi dampak tsunami dengan segera menjauhi pantai apabila gempa kuat terjadi. Sambil menjauhi pantai, lanjutnya masyarakat diminta untuk mencari informasi terkait pusat dan kekuatan gempa serta potensi tsunami.
"Jadi jangan tunggu BMKG keluarkan peringatan atau sirene berbunyi karena memakan waktu," ujarnya.