Jumat 26 Jul 2019 07:31 WIB

Kabut Asap Kian Pekat dan Bau Menyengat

Riau juga tercatat sebagai daerah dengan jumlah titik panas terbanyak selama 2019.

Warga melintas di jalan yang berkabut asap pekat dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kota Dumai, Riau. (ilustrasi)
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Warga melintas di jalan yang berkabut asap pekat dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kota Dumai, Riau. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kabut asap terus bermunculan di sejumlah daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kabut asap bahkan kian pekat dan menimbulkan bau menyengat.

Di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, kabut asap akibat karhutla menyelimuti pusat kota sejak Kamis (25/7)pu kul 06.00 WIB. Aktivitas warga pun terganggu gara-gara kabut asap.Warga di sejumlah area di Kota Pekanbaru juga terpaksa mengurangi aktivitas di luar rumah.

"Dari pagi, saat pintu rumah dibuka, bau asap sudah menyengat. Ini seperti bau asap kebakaran," kata Riana Handayani (36), warga Pekanbaru.

Karena kabut asap cukup pekat dan menimbulkan bau menyengat, Riana melarang anak-anaknya keluar dari rumah. Ia khawatir kesehatan anaknya terganggu akibat kabut asap.

Widiarso (38), warga lainnya, menuturkan, kabut asap membuat Jembatan Siak 4 yang menjulang di ujung Jalan Sudirman tidak terlihat jelas. Warga lainnya, Bagus Himawan, mengatakan, bau asap akibat karhutla sangat terasa di pusat kota. Warga yang setiap pagi biasanya berolahraga di sekitar Masjid Raya an- Nur Pekanbaru terpaksa menghentikan kegiatan mereka.

"Bau asapnya agak menyengat memang. Komunitas senam Wai Tangkung yang biasa beraktivitas di pelataran an-Nur menghentikan kegiatannya," katanya.

Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pekanbaru, citra satelit pada Kamis pagi menunjukkan empat titik panas sebagai indikasi awal karhutla di wilayah Riau. Empat titik panas itu terdapat di Kabupaten Pelalawan dan Siak.

Satuan Tugas Penanganan Karhutla Provinsi Riau fokus memadamkan kebakaran lahan gambut di Siak dan Pelalawan yang lokasinya dekat dengan Kota Pekan baru. "Hari ini (kemarin--Red) pendinginan di Siak dan Langgam Pelalawan. Insya Allah clear," kata Wakil Komandan Satgas Kar hut la Riau Edwar Sanger di Pekan baru, Kamis.

Berdasarkan data operasi pemadaman Satgas Karhutla, petugas gabungan melaksanakan pemadaman dan pendinginan lanjutan di Kampung Sri Gemilang, Koto Gasib, Kabupaten Siak. Personel yang dilibatkan, antara lain, 17 pemadam kebakaran Koto Gasib, regu pemadam kebakaran dari perusahaan PT WSSI, PT VAN, dan Manggala Agni.

Di Kabupaten Pelalawan, pemadaman dan pendinginan lanjutan berlangsung di Desa Pangkalan Gondai, Kecamatan Langgam, dan Desa Genduang, Kecamatan Pangkalan Lesung. Personel yang dilibatkan, di antaranya 21 polisi, 14 TNI, 45 satgas ga bungan pemda, dan 84 warga.

Pada kesempatan sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan luas karhutla di Indonesia hingga 17 Juli 2019 mencapai 42.740,42 hektare. Kebakaran dilaporkan terjadi di 24 provinsi dan yang paling luas di Riau mencapai 27.683,47 hektare.

Riau juga tercatat sebagai daerah dengan jumlah titik panas terbanyak selama 2019, yakni 2.960 titik. Pemprov Riau sudah menetapkan status siaga darurat karhutla mulai 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.

photo
Kebakaran hutan (Ilustrasi)

Kabut asap juga mulai menyelimuti sejumlah daerah di Kalimantan Tengah, salah satunya Palangkaraya. Meski begitu, kabut asap belum membuat aktivitas belajar dan mengajar diliburkan. "Semua sekolah masih tetap me lakukan aktivitas nya seperti biasa dan tidak ada yang perlu diliburkan," kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng Slamet Winaryo, kemarin.

Dia mengatakan, Dinas Pendidik an Pemprov Kalteng akan terus melakukan pemonitoran dan evaluasi terhadap seluruh kondisi sekolah. Koordinasi secara intens juga terus dilakukan antara pihaknya dan dinas pendidikan di kabupaten/kota serta seluruh sekolah.

Pihak sekolah juga diminta memberikan pemahaman yang tepat kepada para siswanya terkait karhutla dan dampak negatif yang ditimbulkan, seperti kabut asap yang dapat membahayakan kesehatan ataupun melumpuhkan perekonomian.

"Jadi, sejak dini anak-anak sudah mulai diberikan pemahaman tentang karhutla dan cara menjaga lingkungan. Mulai dari PAUD, SD, SMP, hingga SMA sederajat," katanya.

Apabila ada sekolah yang mulai terdampak asap akibat karhutla, khususnya di kawasan rawan seperti Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Kotawaringin Timur, dan lainnya yang memiliki banyak lahan gambut, peserta didik dianjurkan mulai menggunakan masker.

Selain itu, juga dilakukan penyesuaian terhadap aktivitas siswa dengan mulai mengurangi kegiatan di luar ruang kelas, seperti olahraga ataupun praktik lainnya. Namun, menurutnya, hingga saat ini belum ada laporan terkait kondisi sekolah yang demikian.

"Bagi sekolah yang mulai terganggu akibat karhutla, kami minta untuk segera melaporkannya kepada UPTD dinas maupun dinas setempat ataupun langsung kepada kami agar dapat segera ditindaklanjuti," kata Slamet.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Tengah Dimas Hartono sebelumnya mengatakan, Kalteng sudah diselimuti kabut asap. Pada 1-8 Juli 2019, terdapat 25 titik api di Kalteng. Dia mengatakan, provinsi tersebut telah diselimuti kabut asap menyusul kemun culan 25 titik api di wilayah itu. Jika dibiarkan, kondisi udara di sana akan makin memburuk mengingat musim kemarau yang telah melanda provinsi itu.

Dia juga menggarisbawahi perlunya pemerintah untuk menindak tegas para investor yang harus bertanggung jawab terkait terjadinya kebakaran di wilayah konsesi. Sebab, hingga saat ini kebakaran hutan dan lahan masih mengancam di Kali mantan Tengah. (antara ed:satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement