Kamis 25 Jul 2019 18:16 WIB

Konferensi Nasional IIA Bahas Peran Auditor Internal

Minimal, auditor internal memiliki pengetahuan dasar mengenai IT.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Presiden The Institut of Internal Auditors (IIA) Indonesia yang juga Direktur Investasi dan Keuangan PT Asabri, Hari Setianto, memberikan pamaparan dalam acara Konferensi Nasional IIA Indonesia 2019 di Hotel Alila, Solo, Rabu (24/7). Konferensi tersebut dihadiri sekitar 500 peserta serta lebih dari 20 pembicara dari dalam megeri dan luar negeri.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Presiden The Institut of Internal Auditors (IIA) Indonesia yang juga Direktur Investasi dan Keuangan PT Asabri, Hari Setianto, memberikan pamaparan dalam acara Konferensi Nasional IIA Indonesia 2019 di Hotel Alila, Solo, Rabu (24/7). Konferensi tersebut dihadiri sekitar 500 peserta serta lebih dari 20 pembicara dari dalam megeri dan luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Profesi auditor internal dituntut untuk berkontribusi terhadap ketahanan risiko perusahaan masing-masing. Hal itu berkaitan dengan risiko yang dihadapi di era revolusi industri 4.0.

Hal tersebut dibahas dalam Konferensi Nasional yang digelar The Institut of Internal Auditors Indonesia (IIA Indonesia) di Hotel Alila, Solo, Jawa Tengah, pada Rabu-Kamis (24-25/7). Konferensi mengusung tema 'Empowering Internal Auditors: Embracing the 4IR' atau Peran Auditor Internal di Era Revolusi Industri 4.0.

Presiden IIA Indonesia, Hari Setianto, mengatakan dalam revolusi industri 4.0 orang saling terkoneksi, gabungan sistem biologis, fisik, dan digital menjadi satu. Hal itu menjadi tantangan utama bagi auditor internal karena mengubah cara bisnis perusahaan.

"Internal auditor juga harus bisa memanfaatkan dan melihat itu semua dan bisa mendorong supaya perusahaan bisa menghadapi tantangan itu," jelas Hari, kepada wartawan di sela-sela sesi konferensi.

Menurutnya, dalam kondisi semacam itu yang dibutuhkan yakni resiliensi atau kekuatan terhadap perubahan risiko. Sebab, pertanyaannya sekarang bukan perusahaan akan terkena krisis atau tidak karena cepat atau lambat semua akan terkena.

Namun, yang dipertanyakan apakah punya resilensi atau ketahanan untuk menghadapi risiko itu. Oleh sebab itu, lanjutnya, internal auditor diharapkan memiliki dua hal yang bisa membantu menghadapi era disrupsi revolusi industri 4.0.

Keduanya yakni, kapabilitas supaya organisasi bisa meng-addres ketidakpastian dari waktu ke waktu, serta mengambil tindakan dengan integritas atau acting with integrity. Hal itu berada di dalam sistem yang dikenal dengan Governance, Risk and Compliance (GRC).

"Nah, inilah yang menjadi topik utama dalam konferensi ini dan menjadi bahasan supaya auditor bisa memberikan kontribusi terhadap pengembangan sistem GRC sehingga kita punya resiliensi yang bagus, organisasi juga kita cepat berkembang sesuai dengan risiko yang dihadapi," ujar Hari.

Sementara itu, Direktur BTPN, Merisa Darwis, menyatakan, auditor internal harus tetap relevan dengan kemajuan teknologi dan kemajuan perusahaan. Kemajuan teknologi dan perusahaan perlu menjadikan auditor internal selalu meningkatkan kapasitas sehingga bisa selaras dan bisa memberikan nilai tambah bagi organisasi.

"Yang perlu ditingkatkan di era digital ini saya rasa kemampuan pemahaman tentang teknologi informasi (IT) sangat penting," ungkapnya. Hal tersebut juga berlaku bagi auditor biasa yang bukan spesialisasi di bidang IT. Minimal, auditor internal memiliki pengetahuan dasar mengenai IT.

Selain itu, auditor internal perlu memahami dan mengerti apabila ada aplikasi atau platform IT yang digunakan oleh institusinya. Dengan demikian, auditor umum minimal bisa memahami solusi IT yang ada.

"Saya rasa ini mulai bertransformasi tapi mungkin secara umum harus lebih diintensifkan lagi mengingat perkembangan IT yang begitu cepat," tegsnya. Konferensi nasional tersebut dihadiri sekitar 500 orang. Konferensi juga menghadirkan lebih dari 20 pembicara dari Indonesia serta luar negeri.

Konferensi IIA Indonesia 2019 ini membahas secara spesifik mengenai sektor publik, swasta, dan BUMN. Sejumlah pembicara yang dihadirkan antara lain dari IIA Global, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, BPKP, BRI, Astra International, SKK Migas, Jasa Raharja, RSM, EY, PWC, Badan Siber dan Sandi Negara, Badan Standarisasi Nasional, PTPN IX, LinkAja, dan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement