Ahad 21 Jul 2019 10:11 WIB

Duh, Angka Stunting di Jatim Lebih Tinggi dari Nasional

Gubernur Jatim percepat pengentasan angka prevelansi stunting di wilayahnya

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) meninggalkan Istana Bogor usai mengikuti rapat terbatas tentang percepatan pembangunan Jawa Timur di Jawa Barat, Selasa (9/7/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) meninggalkan Istana Bogor usai mengikuti rapat terbatas tentang percepatan pembangunan Jawa Timur di Jawa Barat, Selasa (9/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, menurut data dari Dinas Kesehatan Jatim berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), per 20 Juli 2019 prevalensi stunting balita di Jatim sebesar 36,81 persen. Adapun, tiga daerah tertinggi prevalensinya yakni di Kota Malang sebesar 51,7 persen, Kabupaten Probolinggo 50,2 persen, dan Kabupaten Pasuruan 47,6 persen.

Khofifah melanjutkan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, prevalensi stunting balita umur 0 sampai 59 bulan di Jatim mencapai 32,81 persen. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi stunting nasional yakni sebesar 30,8 persen.

“Oleh Karena itu, percepatan pencegahan stunting ini perlu ada intervensi lewat kolaborasi dengan berbagai lembaga termasuk di dalamnya Ikatan Bidan Indonesia (IBI)” kata Khofifah di Surabaya, Ahad (21/7).

Khofifah menambahkan, masih berdasarkan data Dinkes Jatim, jumlah kematian ibu di Jatim, pada 2017 mencapai 529 orang per seratus ribu kelahiran hidup. Kemudian pada 2018 berkurang sedikit menjadi 522 orang. Adapun pada 2019, tepatnya hingga 19 Juli 2019, mencapai 263 orang.

"Jumlah kematian ibu tertinggi di Jatim per Januari hingga Juni 2019 antara lain berasal dari Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang," ujar Khofifah.

Mengatasi permasalahan tersebut, lanjut Khofifah, Pemprov Jatim menggandeng Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Menurutnya, hal ini penting dilakukan karena kedua permasalahan tersebut masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemprov Jatim. Khofifah berharap, IBI bisa menjadi ujung tombak di daerah-daerah utamanya yang  jumlah kematian ibu, jumlah kematian bayi, dan stuntingnya masih tinggi.

Ketua IBI Jatim Lestari mengatakan, pihaknya siap untuk membantu Pemprov Jatim dalam menangani AKI, AKB, dan stunting. Terlebih lagi jumlah bidan yang tergabung di dalam IBI mencapai 30.598 orang dan tersebar di 38 kabupaten/ kota di Jatim.

“Anggota kami berada di berbagai pelosok desa, karenanya kami siap mensosialisasikan dan mensukseskan program Pemprov Jatim. Insya Alloh teman-teman IBI siap ikut menangani hal ini. Program kerja IBI 100 hari ke depan salah satunya yakni aktif melakukan pembinaan di 38 kabupaten/ kota," kata Lestari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement