Kamis 18 Jul 2019 14:53 WIB

Zulkifli Tanggapi Amien yang Beri Kesempatan Jokowi-Ma'ruf

Amien Rais sebelumnya menyatakan memberi kesempatan Jokowi-Ma'ruf memimpin.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyampaikan keterangan pers usai menghadiri pertemuan tokoh Koalisi Indonesia Adil-Makmur di kediaman calon presiden (capres) Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (27/6).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyampaikan keterangan pers usai menghadiri pertemuan tokoh Koalisi Indonesia Adil-Makmur di kediaman calon presiden (capres) Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menanggapi pernyataan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais soal arah koalisi PAN. Zulkifli pun mendukung pernyataan Amien tersebut.

"Pak Amien kan mengatakan kita beri kesempatan kepada Pak Jokowi dan Kiai Ma'ruf sampai lima tahun, itu bahasa Pak Amien saya kira itu bahasa yang paling halus ya," kata Zulkifli, Kamis (18/7).

Baca Juga

Zulkifli pun ikut mendoakan agar pemerintahan Jokowi-Ma'ruf lima tahun mendatang berhasil membawa perubahan bagi Indonesia. Ia pun menjelaskan bahwa Indonesia berbeda dengan Amerika Serikat yang menganut sistem dua partai. Menurut dia, bersikap oposisi atau tidak, tidaklah tepat.

"Bisa saja di pusat kota tidak bersama, atau bersama, tapi di daerah berbeda ya," kata ketua MPR tersebut.

Ia mencontohkan, di daerah pemilihannya di Lampung, PAN bersama-sama dengan Golkar. Begitu juga di Sulawesi Selatan, PAN juga bekerja sama dengan PDI Perjuangan dan Nasdem.

"Jadi, kita menganut Pancasila sistemnya musyawarah mufakat, musyarawah mufakat itu bisa sepakat untuk sepakat, bisa juga sepakat atau tidak sepakat," ucapnya.

Sebelumnya, Amien Rais menegaskan, dirinya tetap pada pendirianya sebagai oposisi. Menurutnya, peran oposisi merupakan hal yang penting sebagai checks and balances.

"Kalau demokrasi tanpa oposisi itu namanya demokrasi bohong-bohongan, jadi demokrasi bodong," ujarnya.

Amien pun mengkritik jika nantinya parlemen hanya dicap sebagai jubir eksekutif. Menurut dia, jika hal itu terjadi maka hal tersebut merupakan lonceng kematian bagi demokrasi.

"Jadi, saya ingin mengatakan kita sikapi sesuatu yang amat sangat kecil lah masalah ini, jangan dibesar-besarkan seolah akan pecah, akan ada huru-hara itu jauh dari kamus bangsa Indonesia. Kita sudah mengalami yang lebih dahsyat kita survive, apalagi ini ecek-ecek lah,"  tuturnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement