REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu inovasi kesehatan yang diprakarsai oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gianyar, Bali, masuk 99 besar Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Inovasi bernama 'Goyang Gayo' tersebut sejalan dengan misi Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sesuai visi Presiden Joko Widodo.
Inovasi Pemkab Gianyar lolos dari sekitar 3.000 inovasi se-indonesia, dan sedang menuju 45 besar. Bupati Gianyar I Made Agus Mahayastra mengatakan, inovasi ini merupakan gerakan mengajak masyarakat mengkonsumsi garam beryodium, karena zat yodium berfungsi memperlancar metabolisme sehingga perkembangan dan pertumbuhan, kecerdasan dan mencegah beberapa penyakit seperti gondok.
"Bukan hanya itu, Goyang Gayo juga mengajarkan masyarakat agar pintar menggunakan garam beryodium, misalnya tata cara penggunaan yang baik sehingga rasanya tidak pahit," ujar dia Rabu (17/7).
Dia menjelaskan, gerakan ini dimulai tahun 2017 di Desa Sukawati, lalu 2018 diikuti enam desa lainnya di Kecamatan Sukawati. Inovasi ini muncul karena cakupan penggunaan garam beryodium terstandar (kadar iodium 39-80 ppm) sangat rendah yaitu hanya 3,8 persen dari target 90 persen. Kondisi ini, kata dia, diakibatkan kurang pahamnya warga terhadap manfaat, penggunaan, dan cara mendapatkan garam yang memenuhi standar.
"Garam beryodium ini merupakan hal kecil yang berdampak besar, hingga mampu meningkatkan kecerdasan terutama anak, apalagi kini Gianyar sedang gencar menanggulangi dan mencegah stunting," tambah I Made.
Jajaran Pemkab Gianyar saat memberikan presentasi inovasi 'Goyang Gayo' di Gedung Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Jakarta, Selasa (16/7).
Dia optimistis penggunaan garam secara maksimal akan meningkatkan kualitas SDM Indonesia. I Made mengatakan, rendahnya pencapaian penggunaan garam beryodium disebabkan beberapa faktor. Seperti gaya hidup ibu rumah tangga hingga karena rasanya yang pahit, padahal jika dimanfaakan dengan baik, rasa pahit itu disebabkan karena penggunaan terlalu banyak dan dimasak terlalu lama.
Dia berharap dengan meningkatnya konsumsi Gayo dapat mengurangi gangguan akibat kekurangan yodium yang tidak hanya berakibat pada pembesaran kelenjar tiroid, penyebaran abortus pada ibu hamil, bayi lahir mati, berat anti lahir rendah, lahir bayi retardasi mental, dan stunting.
Dia juga berharap inovasi ini akan mendapat respons positif dan berkelanjutan. "Karena kami yakin jika didukung seluruh komponen masyarakat. Saat ini inovasi kami sudah juga dilaksanakan di desa2 wilayah Puskesmas UBUD II Dan Gianyar II," ujar I Made.
Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Cahyani menambahkan, garam beryodium merupakan hal kecil yang berdampak besar. Penggunaan garam yang masih kecil membutuhkan perhatian lintas sektoral sehingga bisa berjalan sesuai harapan.
"Kegiatan evaluasi Goyang Gayo yang dilaksanakan pertengahan 2019 di Banjar Kebalian Desa Sukawati menunjukkan peningkatkan yang cukup drastis. Awalnya tahun 2017 penggunaan garam beryodium hanya 3,8 persen, pada tahun 2018 menjadi 65 persen dan tahun 2019 menjadi 76 persen," ujar Ida Ayu Cahyani.