Selasa 16 Jul 2019 18:03 WIB

Pencari Suaka yang tak Seberuntung Kita

Sebanyak 1.100 pencari suaka ditampung di Gedung Eks Kodam, Daan Mogot

Suasana pengungsi para pencari suaka di gedung eks kodim, Jakarta Barat, Jumat (12/7).
Foto: Republika/Haura Hafizhah
Suasana pengungsi para pencari suaka di gedung eks kodim, Jakarta Barat, Jumat (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID, Kami warga komplek Daan Mogot Baru menolak tempat penampungan imigran di komplek kami. Kalimat dengan huruf kapital berwarna merah itu terbubuhkan di atas spanduk putih sebagai bentuk penolakan warga komplek lantaran Pemprov DKI menempatkan ratusan pengungsi dan pencari suaka dari sejumlah negara di Gedung Eks Kodim, Kalideres, Jakarta Barat. Spanduk-spanduk itu tersebar di sekitar pengungsi.

Ada pula spanduk berisi penolakan yang ditujukan untuk Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. “Yth. Bapak Gubernur, ini kompleks perumahan bukan tempat penampungan, banyak tempat lain yang lebih layak.”

Menanggapi kasus tersebut, Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta Irmansyah mengaku tidak menutup mata dan memaklumi. Hanya saja Irmansyah ingin dalam hal ini, warga Kompleks Daan Mogot pun mencoba untuk bisa memposisikan diri sebagai warga pengungsi tersebut.

“Itu hak mereka menolak, tapi kan tidak bisa memaksakan, kita melakukan semua ini atas dasar kemanusiaan. (Coba) Kita membayangkan seandainya berada di posisi mereka,” kata Irmansyah saat dihubungi Republika.co.id dalam sambungan telepon, Ahad (14/7).

photo
Spanduk penolakan warga komplek Daan Mogot terhadap pengungsi pencari suaka, Selasa (16/7/2019).

Irmansyah menerangkan, jumlah pengungsi yang menempati gedung tersebut sebanyak 1.100 orang. Banyaknya jumlah pengungsi yang datang, kata dia, membuat masyarakat setempat kaget. Namun lagi-lagi dia tegaskan, yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta semata-mata sebagai rasa kemanusiaan.

“Mereka kan dipindahkan ke sana (gedung) bisa dibilang darurat, oleh karenanya belum ada sosialisasi. Bagaimana sosialisasi dalam keadaan darurat,” jelasnya.

Irmansyah menuturkan, tidak ada sejatinya yang dimiliki manusia di dunia ini. Harta benda bahkan orang-orang terkasih, seluruhnya adalah milik Allah sang pencipta. Maka, kata Irmansyah, sedikit kurang pantas ketika ada sekelompok orang yang menolak kehadiran kelompok lainnya padahal sama-sama penumpang di bumi Allah SWT.

“Kita ini termasuk orang-orang yang beruntung, dan mereka (para pencari suaka) tidak seberuntung kita. Bahkan dari aspek spiritual saya sampaikan, sebetulnya di dunia ini siapa yang kita punya? Enggak ada. Ini semua punya Allah SWT. Jadi sesama numpang, kita kita harus saling memahami. Jangan karena wah ini kan (wilayah) perumahan saya, ya jangan begitulah. Semua punya Allah. Yang ada di dunia ini hanya numpang,” kata dia.

photo
Pengendara melintas di depan spanduk penolakan keberadaan para pencari suaka di Kalideres, Jakarta, Selasa (16/7/2019).

Karena itu jika masyarakat merasa kurang nyaman dengan kehadiran para pendatang yang merupakan warga imigran dari negara-negara perang, ia meminta untuk merembukkan terlebih dahulu. Ia berkata, jika keluhan karena mendadak daerah perumahan menjadi ramai, lalu lintas kendaraan sedikit terhambat, maka menurutnya hal tersebut menjadi wajar.

Asal jangan berpikir kedatangan para pencari suaka ini dianggap sebagai pembawa masalah. Alangkah lebih Indah sambungnya, jika sama-sama mendoakan untuk yang terbaik bagi nasib para pencari suaka tersebut.

“Saya kira tidak ada masalah selama mereka (pengungsi) tidak mengganggu. Bahwa setelah ada mereka jalanan jadi tidak cepat, seandainya seperti itu, ya dimaklumi saja. Kalau kita berada di posisi mereka kita juga akan melakukan hal yang sama,” jelasnya.

Alangkah lebih baik menurut Irmansyah, jika masyarakat dan Pemprov DKI saling bergandengan tangan dan bergotong-royong membantu para pengungsi. Setidaknya, kata Irmansyah dalam memberikan perlindungan dan rasa aman di Indonesia karena mereka tidak mendapatkan hal tersebut di negaranya yang masih berkonflik.

“Makanya arahan Pak Gubernur, Pak Sekda kepada kami semua, aspek kemanusiaan itu yang menjadi dasarnya. Jadi kita mengimbau siapapun bahkan kalau perlu mereka turut membantu sesama manusia. Kalaupun mereka membantu kan itu harta yang maha kuasa. Kenapa jadi berpikir untuk memberi, ketika dia memberikan juga sebenarnya itu hasil pemberian (Allah),” tuturnya.

photo
Suasana para pengungsi para pencari suaka di depan gedung eks Kodim Kalideres, Selasa (16/7/2019).

Dinsos DKI pun memberikan pemahaman kepada para pencari suaka tersebut agar tidak keluar gedung setelah pukul 22.00 WIB. Sehingga, azas saling menghormati dengan warga setempat dapat terbangun.

“Sekarang mereka sudah mulai memahami, diingatkan pada mereka, disosialisasikan secara internal di dalam tempat penampungan sementara ini, mereka paham ko. ‘Ya tolonglah Anda kalau keluar gini-gini, karena masyarakat sini merasa tidak nyaman,’ ‘Oh iya,’ Mereka paham kok, masih ada sih (beberapa yang keluar di malam hari) tapi tidak sebanyak pada malam pertama (mengungsi),” terangnya.

Saat ditanyakan perihal tersiarnya kabar Pemprov DKI Jakarta sedang mencari lahan baru untuk memindahkan para pencari suaka ini, Irmansyah membantah. “Kata siapa? Sampai sekarang saya sebagai penangung jawab lapangan, belum ada arahan untuk dipindahkan,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement