Senin 15 Jul 2019 13:40 WIB

Volume Kubah Lava Merapi Masih Fluktuatif

Kubah lava Merapi dalam kondisi stabil dengan laju pertumbuhan yang relatif rendah

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Indira Rezkisari
Pemantauan Gunung Merapi. Petugas BPPTKG Gunung Merapi memantau aktivitas Gunung Merapi, Yogyakarta, Senin (1/7/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Pemantauan Gunung Merapi. Petugas BPPTKG Gunung Merapi memantau aktivitas Gunung Merapi, Yogyakarta, Senin (1/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pertumbuhan volume kubah lava Gunung Merapi masih belum stabil. Setiap bulan terjadi perubahan yang tidak sama karena kadang mengalami perluasan kadang mengalami penyempitan.

Pada awal Februari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengamati volume kubah lava Gunung Merapi seluas 461.000 meter kubik. Lalu, mengalami peningkatan yang terlihat dari pengamatan pada 21 Maret 2019 yang mencapai 472.000 meter kubik. Namun, pada bulan selanjutnya terjadi penyusutan.

Baca Juga

Pada pengamatan 9 April 2019, BPPTKG mencatat volume kubah Gunung Merapi menjadi 466.000 meter kubik. Lalu, mengalami penyusutan kembali pada 4 Mei 2019 menjadi 458.000 meter kubik.

Volume kubah lava Gunung Merapi kemudian mengalami perluasan lagi. Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan, volume kubah dari pengamatan 4 Juli 2019 mencapai 475.000 meter kubik.

Analisis area kawah berdasarkan foto dari sektor tenggara tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi yang signifikan. Hanik menekankan, kondisi itu tidak mengkhawatirkan.

"Sejak Januari 2019, volume kubah lava terhitung relatif tetap disebabkan sebagian besar ekstrusi magma langsung meluncur ke hulu Kali Gendol sebagai guguran lava maupun awan panas," kata Hanik, Jumat (12/7) lalu.

Ia menyimpulkan, kubah lava dalam kondisi stabil dengan laju pertumbuhan yang relatif rendah. Tapi, aktivitas vulkanik masih cukup tinggi dan ditetapkan dalam tingkat aktivitas waspada.

BPPTKG turut meminta masyarakat sekitar alur Kali Gendol dapat meningkatkan kewaspadaan. Terlebih, sudah terjadi beberapa kali awan panas dan lava pijar.

Guguran-guguran itu dimuntahkan dengan jarak luncur yang semakin besar. BPPTKG menekankan guguran lava pijar dan awan panas berpotensi menimbulkan hujan abu.

"Masyarakat di sekitar diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik," ujar Hanik.

Hanik menegaskan, jika terjadi perubahan aktivitas signifikan status aktivitas akan segera ditinjau kembali. Masyarakat turut diminta mengakses informasi-informasi dari sumber resmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement