REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PARIAMAN- Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit mengingatkan pelajar sekolah, terutama tingkat SMP dan SMA sederajat, agar tidak menjadikan momen Masa Orientasi Siswa (MOS) sebagai ajang untuk bullying apalagi tindak kekerasan kepada pelajar baru. Ia menyebut MOS adalah momen untuk mendidik para pelajar junior tentang kedisiplinan dan pengenalan suasana baru yang positif untuk menunjang aktivitas belajar.
"MOS itu untuk pembinaan kedisiplinan, pembinaan budi pekerti, dan kreativitas," kata Nasrul di Kabupaten Padang Pariaman, Ahad (14/7).
Nasrul mengingatkan pelajar yang menjadi panitia MOS bahwa kekerasan di sekolah akan terancam dengan pidana. Ia mengatakan, pelaku kekerasan saat MOS akan berurusan dengan aparat penegak hukum.
Nasrul tak ingin mendengar warganya berurusan dengan kepolisian karena melakukan tindak kekerasan dan bullying saat MOS. Apalagi, kalau MOS sampai berujung pada kekerasan yang menghilangkan nyawa.
"Saya mendengar yang lalu-lalu ada MOS menyebabkan siswa meninggal dunia. Jangan sampai ada yang seperti itu di Sumatra Barat," ujar Nasrul.
Senin (15/7) adalah hari pertama sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk SMP dan SMA sederajat memang sudah ada kegiatan MOS sebagai tahapan tahunan. Biasanya, panitia MOS berada di bawah naungan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan para guru pembina.
Sebelumnya diberitakan seorang siswa meninggal dunia usai mengikuti MOS di SMA Taruna Palembang. Siswa bernama DBJ (14 tahun) itu diduga meninggal karena kelelahan.