Sabtu 13 Jul 2019 17:45 WIB

Pertemuan Jokowi-Prabowo Harus Membawa Harapan Positif

Pertemuan Jokowi dan Prabowo menunjukkan ada kemajuan di level elite pascapilres.

Rep: Muhammad Tiarso Baharizqi, Sapto Andika Candra/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo bersama dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat pertemuan di FX Senayan, Jakarta, Sabtu (13/7).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden Joko Widodo bersama dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat pertemuan di FX Senayan, Jakarta, Sabtu (13/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Brawijaya, Wawan Sobari menilai pertemuan antara presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi) dan rivalnya saat Pilpres 2019, Prabowo Subianto harus membawa harapan positif terhadap menurunya tensi keterbelahan politik di masyarakat. Pertemuan keduanya hari ini terjadi di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus, Jakarta.

"Dilihat dari pertemuan yang cukup rileks tersebut, menggambarkan bahwa di level elite sudah mengalami kemajuan. Namun, hal tersebut harus membawa harapan positif terhadap menurunya tensi keterbelahan politik di masyarakat terutama di level bawah," Ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (13/7).

Baca Juga

Ia menjelaskan, bahwa hingga saat ini publik masih belum menerima seratus persen upaya rekonsiliasi tersebut. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh beberapa kejadian pascapilpres yang dianggap masih mengecewakan bagi beberapa pihak.

"Kalau bisa dikatakan seratus persen selesai, ini masih sulit. Karena sikap elite kita tidak selamanya seperti pada pertemuan yang cukup santai hari ini," Ujarnya.

Namun, ia tetap mengapresiasi pertemuan tersebut, karena upaya rekonsiliasi ini dilakukan di ruang publik. Menurutnya, pertemuan di ruang publik merupakan simbol yang cukup egaliter dan simbol yang positif untuk keduanya dan juga masyarakat.

"Upaya rekonsiliasi ini sangat setara karena dilakukan di fasilitas publik seperti MRT dan tidak di lakukan di Istana ataupun di tempat kediaman Prabowo atau Gerindra," Ucapnya.

Ia menambahkan, pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Prabowo Subianto tersebut bukan menggambarkan seolah-olah tidak ada lagi pihak oposisi. Menurutnya untuk kedepannya Pemerintah tetap harus membutuhkan suara yang kritis dari pihak oposisi.

"Tidak masalah dengan adanya pertemuan. Namun praktik oposisi harus tetap dilakukan di parlemen untuk mengawal pemerintah kedepannya. Karena partai politik adalah aset paling strategis bagi demokrasi untuk mengingatkan pemerintah terpilih," ujarnya.

Kepada wartawan di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jokowi menyampaikan bahwa pertemuan antara dirinya dan Prabowo sebetulnya sudah dirancang sejak lama. Namun, rencana tersebut urung dilakukan lantaran baik dirinya dan Prabowo sama-sama sibuk.

Baginya, pertemuan pada Sabtu (13/7) pagi tadi adalah pertemuan antarsahabat. Jokowi pun berharap momentun pertemuan dirinya dengan Prabowo hari ini bisa ikut merajut kembali persatuan Bangsa Indonesia.

"Saya kira kalau sudah melihat para pemimpinnya sudah bergandengan mestinya pendukung sudah selesai dan bergandengan semuanya. Tidak ada lagi yang namanya cebong-kampret. Yang ada adalah Garuda. Garuda Pancasila," kata Jokowi.

Pidato Jokowi pun ditanggapi positif oleh Prabowo Subianto. Prabowo menilai, meski pertemuan pagi tadi lebih terlihat nonformal, namun memiliki makna yang mendalam. Ia pun memanfaatkan momentum pertemuannya dengan Jokowi untuk menyampaikan ucapan selamat atas hasil pilpres yang sah.

"Banyak yang tanya mengapa Pak Prabowo belum ucapkan selamat atas ditetapkannya Pak Jokowi sebagai presiden. Saya katakan saya ini bagaimanapun ada ewuh pekewuh ada tata krama. Jadi kalau ucapan selamat maunya langsung tatap muka," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement