Kamis 11 Jul 2019 12:04 WIB

MDMC dan DRI Bangun Fasilitas Kesehatan di Sulawesi Tengah

Pembangunan kembali karena banyaknya fasilitas kesehatan yang hancur.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Alat berat membersihkan sisa bangunan dan meratakannya dengan tanah di area bekas gempa dan pencairan tanah (likuifaksi) di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (31/10). Lokasi yang hancur akibat gempa dan likuifaksi itu kini mulai dibersihkan dan diratakan untuk mengurangi trauma warga.
Foto: Mohammad Hamzah/Antara
Alat berat membersihkan sisa bangunan dan meratakannya dengan tanah di area bekas gempa dan pencairan tanah (likuifaksi) di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (31/10). Lokasi yang hancur akibat gempa dan likuifaksi itu kini mulai dibersihkan dan diratakan untuk mengurangi trauma warga.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Direct Relief International (DRI) menandatangani perjanjian. Penandatanganan menghasilkan dana hibah pembangunan fasilitas kesehatan di Sulawesi Tengah.

Tidak cuma satu, mereka akan membangun Rumah Sakit Siti Fadilah dan Puskesmas Pembantu. Pembangunan dilakukan usai melihat kondisi Palu, Sigi dan Donggala pasca gempa, tsunami dan likuifaksi 2018.

Baca Juga

Sebab banyak bangunan rumah sakit dan puskesmas hancur. Untuk itu, Muhammadiyah melalui MDMC menggandeng DRI mengusahakan pembangunan fasilitas kesehatan tersebut.

MoU dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Palu (Unismuh) Palu. Turut hadir perwakilan Pemprov dan Dinkes Sulawesi Tengah, Dinkes Kota Palu, Dinkes Kabupaten Donggala dan Dinkes Kabupaten Sigi.

Saat ini, tim sudah mendapatkan enam titik lokasi untuk berdirinya puskesmas pembantu. Di antaranya, empat titik di Kabupaten Sigi mulai Desa Bobo, Rogo, Kalawara dan Desa Tanah Harapan.

Ada pula dua titik di Kabupaten Donggala mulai Desa Kebon Kopi dan Desa Walandano. Sedangkan, sumber daya pengelola pustu itu sendiri nantinya berasal dari Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah.

DRI sendiri memberi perhatian penuh atas bencana gempa, tsunami dan likuifaksi sejak September 2018 lalu. Utamaya, melalui pendanaan pendirian pustu.

Sedangkan, MDMC sebagai lembaga mitra telah dipercaya DRI sejak peristiwa tsunami Aceh 15 tahun lalu. Penghibahan dana oleh DRI kepada MDMC tidak semata diberikan.

Tapi, melalui tahap mengelola, supervisi atau pelatihan, pelaporan pembangunan dan pelaporan saat sudah beroperasi. Untuk sistematika pembangunan pustu, MDMC menggandeng Fakultas Teknik Unismuh Palu.

Program ini bekerja sama dengan MPKU bidang pengelolaan Puskesmas Pembantu. Rencananya, pembangunan sendiri akan dimulai pada awal September 2019.

Ketua MDMC PP Muhammadiyah, Budi Setiawan menuturkan, pengusahaan pembangunan pustu ini merupakan keinginan dan bentuk pengabdian MDMC. Sebab, masyarakat yang terdampak sebelumnya hidup normal.

"Ketika kemudian terjadi sesuatu yang membuat mereka hidup tidak normal, kita ingin mengembalikan mereka sampai normal kembali," kata Budi, Rabu (10/7) lalu.

Ia menekankan, MDMC tidak ingin sampai kepada penanganan tanggap darurat saja. Tapi, sampai ke tahap rehabilitasi dan rekontruksi agar masyarakat terdampak bisa hidup normal kembali.

"Oleh karena itu, pendirian Puskesmas Pembantu merupakan salah satu akses yang penting dan dibutuhkan mereka," ujar Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement