REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebanyak 113 santri dari 29 pondok pesantren di Garut Jawa Barat mengadakan kunjungan ke kantor Kedutaan Besar Amerika (Kedubes AS) Jakarta, Selasa (9/7). Kunjungan santri yang tergabung dalam Madrasah Digital tersebut langsung diterima hangat Duta Besar Amerika Serikat (Dubes AS) untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr.
Antusiasme Dubes Josep menerima kunjungan sekitar seratus lebih santriwan dan santriwati serta pengasuhnya ini terlihat dari mau meluangkan waktunya untuk memberikan sambutan sebagai ucapan selamat datang. "Bagaimana perjalanannya. Apa yang menarik di Garut," tanya Donovan, disambut riuh tepuk tangan karena menggunakan bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Suasan bertambah hangat ketika Donovan memberikan hadiah kepada santri yang bisa menjawab pertanyaannya. Pertanyaan yang ditanyakan Donovan kepada seluruh peserta itu adalah apa fungsi atau tujuan Kantor Kedutaan Besar Amerika ada di Indonesia.
" You're right. This is for you," kata Donovan langsung memberikan hadiah kepada peserta yang bisa menjawab pertanyannya, bahwa fungsi kantor kedutaan besar Amerika Serikat didirikan di Indonesia salah satunya adalah untuk membangun hubungan kerjasama antar kedua negara.
Donovan mengaku senang menerima kunjungan Madrasah Digital yang membawa para calon Dai di masa depan. Menurutnya santri juga harus diberikan wawasan global melalui program kebudayaan dan pendidikan di Eropa termasuk Amerika.
"Selamat datang di Kantor Kedutaan Besar Amerika Terimakasih telah berkunjung. Program ini disediakan gratis," katanya.
Donovan menceritakan, bahwa dirinya baru dua setengah tahun bertugas di Jakarta. Selama dua tahun itu di telah mengujungi daerah-daerah di Indonesia dan bertemu dengan orang-orang Indonesia yang memiliki kebaikan hati.
Untuk memberikan pengetahuan umum tentang kedutaan, Donovan menyampaikan bahwa, Amerikan juga memiliki kantor perwakilan selain di Jakarta.
"Selain Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, ada juga kantor Konsulat Amerika di Medan, dan kantor Konsulat Jendral di Surabaya, dan kantor Konsulat kecil di Bali," katanya.
Donovan menyampaikan bahwa kantor kedutaan besar Amerika di Jakarta ini merupakan kantor terbesar ke-7 yang ada di Jakarta. Menurutnya kenapa kantor Kedutaan Besar Indonesia dibangun begitu besar di Indonesia. "Karena kesuksesan Indonesia penting bagi kami," katanya.
Karena begitu pentingnya kemajuan Indonesia bagi Amerika, maka Amerika membuat program pendidikan gratis yang bisa diikuti putra-putri terbaik Indonesia. Program yang selama ini sudah berjalan di antaranya Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study Program (YES) untuk pelajar SMA berusia 15-17 tahun. Program ini belajar selama satu tahun. Kemudian Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI), yang diperuntukan bagi profesional dengan rentang usia 18-35 tahun.
"Program ini ditujukan untuk memperkuat pengembangan kepemimpinan dan jejaring di Asia Tenggara," ujar dia.
Serta program beasiswa akademik, yang diperuntukkan bagi mahasiswa berprestasi dengan program unggulan yang cukup dikenal masyarakat Indonesia yakni Fulbright. "Dan tentu program yang kami tawarkan diberikan secara gratis," ujar dia.
Siapapun orangnya, pelajar, mahasiswa, termasuk santri madrasah digital jika ingin berangkat, mesti mendapatkan pelatihan dan konseling pendidikan dari staf edukakasi kedutaan besar Amerika Serikat, agar mampu beradaptasi selama di sana.
Sebagai penutup sambutanya Josep memberikan kesempatan santri untuk bertanya. Lagi-lagi Josep memberikan hadiah kepada yang bertanya. Setelah Josep pamit sambutan dilanjutkan Sita Raiter, wakil Atase Pers Kedubes AS di Jakarta.
Menurutnya, kunjungan santri madrasah digital asal Garut, merupakan salah satu kunjungan bersejarah bagi Kedutaan Besar Amerika di Indonesia. Karena baru pertamakali santri berkunjung ke kantor Kedutaan Amerika.
"Ini pertama kali kami mendapatkan kunjungan santri di Indonesia di gedung baru kami di sini," ujarnya.
Sita memastikan, banyak kesamaan antara Amerika dan Indonesia, sehingga kunjungan itu menjadi salah satu jalan bagi para santri untuk memahami kebudayaan antarkedua negara.
"Semboyan negara kami dengan Indonesia juga sama. Kalau di Indonesia ada 'Bhinneka Tunggal Ika', maka Amerika ada 'E Plurubis Unum' yang artinya berbeda-beda tetapi tetap bersatu," katanya.
Saat ini, ada sekitar 8.650 orang mahasiswa Indonesia tengah belajar di Amerika, mereka mempelajari multidisiplin ilmu di sebagian besar universitas terkenal dunia yang berada di Amerika. "Pintu kami terbuka bagi siapa pun yang akan belajar soal Amerika," kata dia.
Untuk memompa semangat para santriwan santriwati, pihak kedutaan juga memberikan kesempatan kepada Sufi Azkia Salma untuk berbagai pengalamannya. Sufi merupakan siswi MAN 10 Jakarta adalah alumni program pertukaran pelajar YES Amerika angkatan ke-15.
Sufi mengatakan, pertukaran pelajar kedua negara memberikan banyak manfaat bagi dirinya. Salah satunya dia bisa mengenakan Islam kepada negara bagian Amerika.
"Aku sampaikan kepada mereka bahwa Islam itu, tidak seburuk yang mereka pikirkan," kata dia.
Menurutnya, sebagai negara besar di dunia, penduduk Amerika sangat menghormati adanya perbedaan dan keberagaman budaya, terhadap seluruh masyarakat dunia.