REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur Wemi Niamawardi memastikan, sapi-sapi yang ada di wilayahnya terbebas dari penyakit antraks. Maka dari itu, memasuki Hari Raya Idul Adha 2019, masyarakat Jawa Timur diingatkannya tidak perlu khawatir, sapi yang dibelinya untuk berkurban mengidap penyakit antraks. Wemi pun mengaku, telah menerjunkan yang secara berkala memeriksa kesehatan hewan-hewan yang ada di Jatim.
"Sekarang gak ada penyakit antraks di Jatim. Aman gak akan ada penyakit antraks, kita sudah kendalikan. Kita menugaskan petugas melakukan pemeriksaan di pasar ternak. Kita ambil darahnya, dan lain sebagainya untuk dilakukan penelitian. Itu rutin setiap bulan," kata Wemi di Surabaya, Ahad (7/7).
Wemi mengungkapkan, spihaknya memiliki sekitar 970 orang tenaga medis yang melakukan pemeriksaan dan melakukan pengendalian, jika ada temuan penyakit hewan ternak termasuk antraks. Wemi menegaskan, jika ditemukan adanya hewan ternak yang terindikasi terserang penyakit, temuan tersebut akan langsung dilaporkan ke Sistem informasi Kesehatan Hewan Nasional, sehingga baik Dinas Peternakan Jatim maupun kementerian terkait, akan langsung mengetahuinya.
"Kita ada Ada 970 orang yang kita latih melakukan pemeriksaan dan pengendalian kesehatan hewan. Jadi kalau ada di situ ditemui penyakit di hewan itu langsung itu akan diketahui sampai pusat. Karena kuta laporannya lewat Sistem informasi Kesehatan Hewan Nasional," ujar Wemi.
Wemi melanjutkan, pihaknya juga menerjunkan petugas ante mortem dan post mortem untuk melakukan pemeriksaan terhadap ternak-ternak yang dijual untuk qurban. Petugas tersebut akan meneliti berbagai aspek terkait kelayakan hewan qurban dimaksud. Sehingga, dipastikan hewan qurban yang dijual benar-benar memenuhi syarat.
"Kita melakukan pemeriksaan kepada ternak qurban yang dijual itu harus benar-benar memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan itu. Harus jantan misalnya, kemudian usianya berapa," ujar Wemi.
Tidaak hanya itu, Wemi juga mengaku telah mengirimkan surat edaran ke kabupaten-kota untuk menggerakkan tim dokter hewan, dalam upaya memeriksa kesehatan hewan qurban. Tujuannya untuk mengetahui pedagang hewan qurban mana saja yang benar-benar memenuhi standar, dan yang mana yang tidak memenuhi standar.
"Jadi nanti semua pedagang hewan qurban itu akan diperiksa oleh petugas itu, kemudian kalau memenuhi syarakt pedagangnya akan diberi sertifikat veteriner untuk dipasang di lapak-lapaknya," kat Wemi.
Wemi juga menegaskan, ketersediaan hewan qurban, khususnya sapi yang ada di Jatim akan memenuhi kebutuhan qurban masyarakat. Artinya, tidak perlu mendatangkan dari daerah lainnya.
"Nanti terpenuhi ketersediaan sapi untuk idul qurban tidak perlu mendatangkan dari daerah lain," kata Wemi.